Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen positif yang dihembuskan oleh Bank Sentral Inggris tampaknya tak berpengaruh untuk mengangkat posisi mata uang poundsterling di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Notulensi pertemuan Federal Open Market Comittee (FOMC) jauh lebih mampu melambungkan kembali indeks dollar AS yang cukup terpuruk sejak akhir pekan lalu.
Mengutip Bloomberg, Kamis (22/2) pukul 18.15 WIB, pasangan mata uang GBP/USD tercatat melemah 0,25% ke level 1,3833. Pound terlihat semakin melemah setelah direvisinya pertumbuhan ekonomi Inggris kuartal IV. Kalau sebelumnya GDP Inggris dicapai pada level 0,5% tetapi hasilnya dikoreksi menjadi 0,4%.
“Ini menjadi tekanan ke poudstreling,” terang Nizar Hilmy, Analis PT Global Kapital Investama Berjangka.
Selain itu menurut Nizar, pound juga tertekan karena pernyataan The Fed yang lebih hawkish dari BoE. Kalau Gubernur BoE Mark Carney menyatakan suku bunga acuan Bank Sentral Inggris bisa dinaikkan 3 kali dalam 3 tahun kedepan, tetapi kemudian pejabat The Fed merilis penyataan yang jauh lebih optimis dengan keyakinan akan menaikkan suku bunga acuan 3 kali di tahun ini.
“Makanya dollar AS terangkat di hadapan mata uang utama,” imbuhnya.
Namun ia melihat penguatan greenback ini tidak akan bertahan lama. Ada kemungkinan pada Jumat (23/2) pasangan GBP/USD akan terkoreksi. Bagaimanapun dollar AS masih tetap dibayangi ancaman defisit neraca perdagangan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Secara teknikal saat ini semua indikator memberi sinyal pelemahan. Harga telah berada dibawah garis moving average (MA) 10 dan MA 25. Indikator moving average convergence divergence (MACD), meski berada diarea positif tetapi ia justru menunjukkan trend penurunan. Kemudian indikator stochastic terlihat turun dari level 47 ke 35 dan indikator relative strength index (RSI) turun dari level 49 ke 48.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News