Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banjir likuiditas di pasar keuangan global membuat daya tarik dolar Amerika Serikat (AS) tahun depan bakal luntur. Sejumlah mata uang bisa menjadi pilihan alternatif.
Presiden Komisioner HFX Sutopo Widodo merekomendasikan valas euro, yen, dan yuan di tahun depan. "Untuk investor Tanah Air, valas yang masih menarik dilirik yakni euro, yen Japan dan yuan China," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (17/12).
Sutopo menilai, pergerakan valas di 2020 tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Aksi lockdown global selama pandemi Covid-19 gelombang pertama telah memicu kontraksi ekonomi terkuat dalam sejarah modern.
Sebagian besar ekonomi pulih dengan tajam setelah itu, tetapi gelombang kedua Covid-19 membuat ekonomi kembali terpukul. Namun pertumbuhan perlu percepatan secara bertahap pada 2021, tanpa memicu kenaikan inflasi ataupun suku bunga, meskipun utang pemerintah meningkat jauh lebih tinggi.
"Kami memperkirakan penurunan indeks dolar lebih lanjut di 2021 didukung oleh pertumbuhan global yang membaik, keuntungan imbal hasil riil AS yang memburuk, dan pelebaran defisit fiskal dan eksternal," kata Sutopo.
Baca Juga: Indeks dolar menyentuh level terendah sejak April 2018
Dilihat dari potensi tersebut, Sutopo menilai EUR dan JPY akan mendapatkan keuntungan. HFX juga meyakini CNY akan naik, didukung oleh aliran portofolio yang masuk.
Sementara itu, risiko politik terhadap EUR telah surut dengan dana pemulihan Uni Eropa (UE) yang komprehensif. Meskipun terdapat beberapa pelebaran dalam defisit fiskal, keseimbangan eksternal struktural UE (rata-rata 3% surplus selama lima tahun terakhir) sehat dan lebih unggul dari AS.
Selain itu, dalam dunia keuangan publik yang memburuk, Sutopo memandang obligasi seluruh UE bakal meningkatkan ketersediaan aset likuid aman dan menarik. Alhasil, itu juga bisa membantu penguatan EUR. "Dengan valuasi EUR yang masih menarik, EURUSD akan bergerak dalam rentang 1,2000 ke 1,3000 di tahun depan," tambahnya.
Baca Juga: Hari ini menguat 0,13%, simak prediksi pergerakan rupiah esok
Sedangkan untuk JPY memiliki prospek yang lebih baik karena suku bunga AS berimbang dengan suku bunga Jepang. JPY tetap dinilai rendah terhadap USD, sementara surplus neraca berjalan struktural Jepang dan posisi investasi internasional yang kuat mendukung mata uang tersebut.
Menurut dia, indeks dolar AS sangat memungkinkan melemah hingga 88,50. Sehingga, prospek the greenback ke depan diperkirakan masih sangat lemah, lantaran suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed akan mendekati nol untuk jangka waktu panjang.
Selain itu, Sutopo menilai pertumbuhan ekonomi masih akan sangat bermasalah di tahun depan, mengingat hadirnya Covid-19 gelombang ketiga. Dengan begitu, sekalipun distribusi vaksin akan efektif di kuartal pertama dan kedua di 2021, prediksinya pemulihan ekonomi akan berjalan dengan sangat lambat.
"Namun, indeks dollar AS yang mendekati harga rendah tahunan, bisa saja sewaktu-waktu mengalami profit taking dan menyebabkan penguatan sementara," ungkapnya.
Baca Juga: Nilai tukar rupiah berpotensi menguat lagi jelang akhir pekan
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan, tren banjir likuiditas tahun depan bakal menekan indeks dollar AS lebih lanjut. Ini sejalan dengan kebijakan quatitative easing (QE) dari beberapa negara untuk menyelamatkan ekonominya dari dampak Covid-19.
"Indeks dollar AS yang melemah tahun depan akan membuat rupiah relatif menguat di kisaran Rp 13.500 per dolar AS hingga Rp 13.750 per dolar AS, sekaligus mencerminkan fundamental yang sesungguhnya," kata Piter saat dihubungi Kontan, Kamis (17/12).
Piter menilai, pergerakan rupiah saat ini yang masih di kisaran Rp 14.000 belum sepenuhnya mencerminkan fundamental. Bahkan, saat indeks dolar AS berhasil menyentuh level terendahnya di 89,94 mata uang Garuda hanya menguat tipis.
"Salah satu yang menghambat penguatan rupiah saat ini masih terkait gejolak Covid-19 Tanah Air yang masih mencatatkan pertambahan kasus cukup tinggi. Sehingga, ini menimbulkan sentimen negatif dan investor cenderung hati-hati," tandasnya.
Baca Juga: Mata uang di Asia menguat, rupiah ditutup ke level Rp 14.108 per dolar AS hari ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News