Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Kamis (12/6) setelah muncul sinyal bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin mengambil pendekatan yang lebih lunak dalam negosiasi tarif serta meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Trump mengatakan pada Rabu (11/6) bahwa dirinya bersedia memperpanjang tenggat waktu 8 Juli untuk menyelesaikan perundingan dagang dengan sejumlah negara sebelum tarif yang lebih tinggi diberlakukan.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Menguat Tipis ke Rp 16.249 Per Dolar AS Hari Ini (12/6)
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menyarankan bahwa pemerintahan Trump dapat memberikan perpanjangan waktu bagi negara-negara yang dinilai bernegosiasi dengan itikad baik.
Pernyataan tersebut memicu pelemahan dolar, sementara euro menguat ke level tertinggi dalam tujuh pekan dan terakhir diperdagangkan di US$1,1525 per euro.
Dolar AS juga turun 0,43% terhadap yen Jepang menjadi ¥143,98 dan melemah 0,34% terhadap franc Swiss ke posisi 0,81725.
Terhadap sekeranjang mata uang utama, indeks dolar AS turun ke level terendah sejak 22 April, yaitu di 98,327.
"Masih sulit menilai apakah ini bagian dari strategi besar, tapi secara logika, tampaknya Trump sedang menciptakan urgensi dalam negosiasi dagang," ujar Rodrigo Catril, analis senior mata uang di National Australia Bank.
"Pasar terlihat mulai bersikap lebih tenang terhadap situasi ini, meskipun tetap waspada karena segalanya bisa berubah drastis dalam satu atau dua pekan ke depan."
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Menguat Kamis (12/6) Pagi, Dipicu Memanasnya Ketegangan AS-Iran
Sementara itu, pound sterling menguat 0,38% menjadi US$1,3588. Dolar Australia naik tipis 0,05% ke US$0,6506, dan dolar Selandia Baru menguat 0,1% ke US$0,6033.
Pada Rabu, data menunjukkan bahwa inflasi konsumen AS pada Mei naik lebih rendah dari perkiraan, mendorong para pelaku pasar meningkatkan spekulasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, kemungkinan secepatnya pada bulan September, yang turut menekan dolar AS.
Data indeks harga produsen (PPI) AS yang dirilis Kamis akan menjadi ujian berikutnya bagi pasar.
Di Asia, yuan lepas pantai (offshore yuan) juga sedikit menguat ke posisi 7,1953 per dolar, terbantu oleh kabar tercapainya kesepakatan damai sementara dalam perang dagang AS-China usai pertemuan di London awal pekan ini.
"Detail lengkapnya belum dipublikasikan, dan belum jelas apakah pertemuan itu membawa kedua ekonomi terbesar dunia ini lebih dekat ke arah kerja sama produktif," ujar Mantas Vanagas, ekonom senior di Westpac.
Baca Juga: Kemenkeu Bebaskan Pajak 1.800 Barang Jemaah Haji Senilai Rp 2,4 Miliar
Euro Menguat
Euro mempertahankan penguatannya pada Kamis, setelah menguat tajam terhadap sebagian besar mata uang utama dalam sesi sebelumnya.
Terhadap yen Jepang, euro terakhir berada di posisi 165,88 setelah menyentuh level tertinggi sejak Oktober di 166,42 pada Kamis pagi.
Mata uang euro juga naik 0,13% terhadap dolar Australia dan sempat menyentuh level tertinggi satu bulan terhadap pound sterling di 84,88 pence pada malam sebelumnya.
Meski tidak ada pemicu tunggal yang jelas, analis menilai euro mendapat dukungan dari pernyataan hawkish (ketat) pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Juga: Ancaman Serangan dan Mandeknya Perundingan Nuklir Picu Evakuasi Diplomatik AS
Pekan lalu, ECB memangkas suku bunga sesuai ekspektasi, namun mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam siklus pelonggaran kebijakan setelah inflasi zona euro kembali menyentuh target 2%.
"Turunnya ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga ECB ke depan menjadi salah satu faktor yang menopang euro," ujar Carol Kong, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia.
Hal ini berbanding terbalik dengan kemungkinan dimulainya kembali siklus pelonggaran suku bunga oleh The Fed, terlebih setelah Trump secara terbuka mendorong pemangkasan suku bunga.
Trump sebelumnya juga menyatakan akan segera mengumumkan nama calon ketua The Fed berikutnya, seraya menekankan bahwa "ketua The Fed yang baik akan memangkas suku bunga".
Sepanjang tahun ini, euro telah menguat hampir 11%, didorong oleh pelemahan dolar serta aliran modal masuk ke pasar Eropa karena investor mulai mengalihkan portofolionya dari AS.
Selanjutnya: ACA Catatkan Pendapatan Premi Lini Asuransi Marine Hull Tumbuh 12% per April 2025
Menarik Dibaca: Oppo A16 Harga Juni 2025 Masih Diburu, Cari Tahu Fitur Lengkapnya Sebelum Beli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News