kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dolar AS Masih Perkasa, Penguatan Poundsterling Hanya Sementara


Jumat, 28 Oktober 2022 / 06:31 WIB
Dolar AS Masih Perkasa, Penguatan Poundsterling Hanya Sementara
ILUSTRASI. Sempat menguat, poundsterling ditutup melemah pada Kmais (27/10)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Poundsterling (GBP) kembali terkoreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan GBP/USD pada awal pekan ini nyatanya hanya sementara.

Mengutip Bloomberg, GBP/USD bergerak melemah di zona merah pada perdagangan Kamis (27/10). Poundsterling akhirnya ditutup melemah 0,52% ke level 1,1565.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan poundsterling yang terjadi merupakan respons pasar terhadap perubahan kebijakan di Inggris.

Terpilihnya Rishi Sunak sebagai Perdana Menteri baru Inggris pada Selasa (25/10) membawa poundsterling terbang sesaat.

Pada hari itu, poundsterling berhasil menguat 1,7% menuju level 1,1472. Penguatan itu berlanjut pada hingga Rabu (26/10) yang mencapai 1,3% setelah ditutup ke level 1,1625.

Baca Juga: Lawan Keperkasaan Dolar AS, Sejumlah Bank Sentral Mulai Intervensi Mata Uang

Ibrahim menjelaskan, latar belakang Rishi sebagai keturunan India memberikan harapan bahwa akan ada perubahan signifikan bagi diplomasi Inggris.

Sebab, posisi Rishi dinilai lebih netral dibandingkan pejabat sebelumnya dan bisa menjalin hubungan baik dengan Rusia. Dengan asumsi tersebut, Inggris dapat merundingkan terkait ekspansi Rusia terhadap Ukraina yang pada akhirnya dapat membenahi krisis energi di Eropa.

"Pemimpin baru Inggris bisa menengahi peperangan di Ukraina. Ini membuat poundsterling terbang tinggi," jelas Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (27/10).

Dari faktor eksternal, penguatan poundsterling dimaknai sebagai respons dari melemahnya dolar AS. Terkoreksinya dolar AS memberikan ruang rebound bagi poundsterling.

Hal itu seiring melemahnya data ekonomi AS, diantaranya data penjualan rumah AS yang dirilis awal pekan ini. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan rumah baru AS turun 10,9% ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman menjadi 603.000 pada September, dari revisi 677.000 pada bulan sebelumnya.

Di sisi lain, European Bank Central (ECB) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis (27/10). Sehingga, momentum tersebut kembali dimanfaatkan oleh spekulan dolar untuk membeli poundsterling.

Baca Juga: Pasar Menunggu Kejelasan The Fed, Dolar AS Tertekan

Secara teknikal harian, Ibrahim mencermati bahwa poundsterling akan melanjutkan tren penguatan. Diantaranya indikator stochastic memperlihatkan penguatan sebesar 70%, MACD sebesar 60%, serta RSI naik 60%.

Namun sorotan bagi poundsterling diperkirakan tidak akan berlangsung lama.

Mata uang Inggris tersebut bahkan telah kembali terkoreksi. Pelemahan lebih dalam akan berlangsung di pekan depan karena pasar menanti kebijakan dari The Fed yang melakukan pertemuan di awal November.

"Kita belum tahu kebijakan The Fed akan seperti apa. Inflasi di bulan September 8,2% masih cukup berat bagi Pemerintah AS," ucap Ibrahim.

Terlebih, Eropa sudah memasuki musim dingin yang dicermati sebagai kemungkinan terjadinya inflasi lebih tinggi.

Ibrahim memproyeksikan posisi poundsterling bakal berada di level 1,1890 di akhir tahun. Sedangkan posisi poundsterling akan berada di 1,2230 pada Juni 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×