Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir imbas dari kenaikan yield US Treasury. Sentimen yang beredar di pasar saat ini adalah, potensi terjadi taper tantrum seiring AS yang terus menggelontorkan stimulus fiskal.
Dengan kondisi ini, dolar AS terus mengalami penguatan. Contohnya, ketika dipasangkan dengan rupiah, saat ini sudah berada di level Rp 14.405 per dolar AS di mana sudah terjadi penguatan dalam empat hari terakhir. Kondisi ini lantas membuat berinvestasi pada valuta asing sebagai pilihan yang menarik.
Analis Monex Investindo Faisyal mengatakan, dolar AS menjadi salah satu mata uang yang saat ini menarik untuk dikoleksi. Menurutnya, data-data ekonomi AS yang belakangan terus menunjukkan perbaikan akan membangun optimisme terhadap pemulihan ekonomi AS sudah berjalan pada jalur yang tepat.
Baca Juga: Yield US Treasury turun, rupiah berpotensi berbalik menguat pada Rabu (10/3)
“Pemulihan ekonomi akan memicu angka inflasi AS akan terus mengalami kenaikan. Hal ini pada akhirnya akan memaksa bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga AS. Jika inflasi terus tumbuh dan suku bunga naik, tentu prospek dolar AS ke depan akan semakin menarik,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Belum lagi, Faisyal menyebut pernyataan Joe Biden yang belum lama ini mengatakan orang-orang dewasa AS akan mendapatkan vaksinasi lebih cepat dari perkiraan akan semakin membangun optimisme pasar.
Selain dolar AS, saat ini mata uang poundsterling dan dolar Australia dinilai bisa jadi pilihan yang menarik karena punya prospek yang tak kalah oke.
“Inggris sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown sehingga aktivitas ekonomi mulai kembali berjalan. Apalagi, Inggris merupakan negara yang vaksinasinya agresif sehingga bisa mempercepat pemulihan ekonomi. Terbaru, Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE) juga memastikan tidak akan ada suku bunga negatif,” imbuh Faisyal.
Baca Juga: Tekanan eksternal masih tinggi, rupiah kembali melemah ke Rp 14.405 per dolar AS
Ketiga hal tersebut dinilai akan membantu penguatan mata uang poundsterling yang sejak awal tahun memang sudah punya tren yang cukup positif. Sementara untuk dolar Australia, Faisyal menyebut akan mendapat dorongan positif dari pernyataan Perdana Menteri Australia yang menegaskan proses vaksinasi berjalan sesuai target, yakni selesai pada Oktober mendatang. Hal ini jelas akan memicu optimisme pemulihan ekonomi.
Faisyal bilang, saat ini bisa jadi momen yang tepat bagi investor untuk masuk ke dolar AS, apalagi ketika The Greenback mengalami koreksi. Begitu pun dengan poundsterling dan dolar Australia.
“Untuk dolar AS, investor bisa jual lagi ketika harganya sudah menyentuh Rp 14.600 per dolar AS. Sementara untuk poundsterling dan dolar Australia bisa dilepas ketika harganya masing-masing sudah menyentuh Rp 20.500 dan Rp 11.300,” tutup Faisyal.
Selanjutnya: Tak bertenaga, rupiah ditutup melemah ke Rp 14.405 per dolar AS pada Selasa (9/3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News