Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Manajemen PT Central Omega Resources Tbk tengah menyiapkan jawaban atas tindakan bursa yang telah melakukan suspensi saham berkode DKFT mulai sesi I hari ini, Rabu (19/2).
Johanes Supriadi, Sekretaris Perusahaan DKFT mengakui, memang ada penghentian produksi di tambang-tambang nikel perusahaan. Sebelumnya, perusahaan menyatakan telah melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya.
Namun begitu, hal itu tidak membuat kelangsungan usaha (going concern) perseroan terganggu. "Dari awal kami telah siapkan kompensasinya, yaitu dengan mengakuisisi Citra Sindo Utama (CSU), jadi kami tidak berhenti sama sekali" ujarnya ketika dikonfirmasi KONTAN, Rabu (19/2).
CSU merupakan perusahaan bijih besi. Estimasi sumberdaya tambang yang ada di Kepulauan Riau ini diperkirakan mencapai 43 juta ton. Adapun, produk yang dihasilkan adalah konsentrat besi. Kegiatan produksi ditargetkan mulai dilakukan pada Juni 2014.
Tahun ini, angka produksi bijih besi perseroan ditaksir mencapai 325.000 ton. Selama ini, DKFT memang mengandalkan penjualan produk nikel untuk menumpuk pundi-pundi perusahaan.
Ada tiga perusahaan nikel yang dikelola perseroan. Ketiga perusahaan itu adalah PT Mulia Pacific Resources (MPR), PT Itamatra Nusantara (IMN), dan PT Bukit Konawe Abadi (BKA). Adapun, MPR juga memproduksi tembaga dan emas.
Namun, dengan dihentikannya produksi nikel, maka praktis, andalan perseroan saat ini hanya pada CSU. Sadar akan kondisi ini, manajemen pun memperkirakan akan terjadi penurunan kinerja 2014.
Pendapatan perseroan akan terkoreksi dari Rp 859 miliar tahun lalu menjadi hanya Rp 370,5 miliar. Begitu juga laba bersih diperkirakan akan ikut merosot 66,3% menjadi Rp 115,87 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News