Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri BUMN Erick Thohir optimistis bahwa emiten-emiten BUMN bisa kembali mencetak dividen terbesar sepanjang sejarah. Keyakinan itu disampaikan di tengah tren penurunan laba bersih beberapa emiten BUMN di tahun 2023.
Erick mengatakan, dividen BUMN ditargetkan bisa menyentuh Rp 80,6 triliun dengan target laba Rp 250 triliun di tahun 2023. Target dividen itu naik dari sebelumnya disebutkan Erick sebesar Rp 80,2 triliun.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, berdasarkan kinerja di semester I 2023, terlihat mayoritas emiten-emiten BUMN dari daftar saham IDXBUMN20 masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih.
“Meskipun akselerasi pertumbuhannya melambat dibanding periode sama tahun lalu,” kata Praska kepada Kontan.co.id, Jumat (1/9).
Baca Juga: Dividen BUMN Ditargetkan Kembali Cetak Rekor, Cek Rekomendasi Sahamnya
Praska melihat, positifnya kinerja emiten-emiten BUMN tersebut berdampak positif pada pembagian hasil dividen tunai ke investor. Secara pembagian dividen, emiten-emiten yang memiliki nilai dividen relatif besar di antaranya adalah BBRI, PTBA, dan TLKM.
“Rata-rata dividend yield ketiga emiten itu ada di atas 4%,” ungkap dia.
Namun, untuk saat ini, investor tampaknya tidak hanya mencermati momentum dividen, tetapi juga prospek kinerja keuangan emiten. Menurut Praska, investor saat ini cenderung memperhatikan faktor-faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan pendapatan di tahun ini dan tahun depan.
“Khususnya, yang terekspos pada harga komoditas, barang baku, dan perbankan,” tutur dia.
Baca Juga: PTPP Dukung Wacana Model Pendanaan Berbasis Proyek
Kinerja bisnis emiten-emiten BUMN saat ini cenderung dipengaruhi dari outlook sektor industri emiten-emiten itu sendiri. Sebab, hal itu yang paling mempengaruhi pertumbuhan pendapatan serta berujung pada nilai laba bersih.
Praska merekomendasikan beli untuk saham TLKM, PTBA, dan MTEL dengan target harga masing-masing Rp 4.140, Rp 3.150, dan Rp 800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News