Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dividen emiten-emiten pelat merah diperkirakan akan menurun di tahun 2021. Lesunya pembagian dividen tidak terlepas dari pandemi Covid-19 yang menekan berbagai sektor bisnis sepanjang tahun 2020.
Kondisi ini juga berlaku untuk saham-saham BUMN yang tergabung dalam indeks IDX High Dividend 20 (IDX HIDIV20). Asal tahu saja, indeks ini mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi. Adapun saham-saham pelat merah yang tercatat di dalamnya seperti BBNI, BBRI, BMRI, PGAS, PTBA, TLKM, dan WSBP.
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengungkapkan, lesunya pembagian dividen tahun ini dianggap wajar. Sebab kinerja berbagai emiten sepanjang tahun 2020 terdampak pandemi Covid-19 sehingga laporan keuangannya pun diperkirakan akan terkontraksi.
Akan tetapi, investor tetap akan menyukai emiten-emiten yang rajin membagikan dividen seperti saham-saham yang tergabung dalam indeks IDX HIDIV20. Sebab, pembagian dividen merupakan salah satu indikator suatu emiten menerapkan good corporate governance (GCG) dengan baik.
Baca Juga: OJK: Sektor jasa keuangan terjaga, di tengah perbaikan perekonomian nasional
"Sehingga memiliki ekspektasi terhadap saham-saham tersebut secara jangka panjang," ujar Nafan ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/2). Apalagi saat ini Indonesia memasuki masa pemulihan ekonomi di mana, di kuartal II Nafan optimistis kinerja fundemantal emiten-emiten BUMN akan terpacu.
Nafan menyukai saham-saham BBNI, BMRI, TLKM, dan PTBA. Ia menyarankan akumulasi BBNI dengan target harga Rp 7.950. Saham perbankan lain yang disarankan ada BMRI, akumulasi dengan target harga Rp 7.550, Rp 7.850, dan Rp 8.050. Untuk TLKM akumulasi dengan target harga Rp 4.330 dan Rp 4.540. Sementara PTBA disarankan akumulasi dengan target Rp 3.700 per saham.
Mengingat prediksi pembagian dividen tahun ini yang lesu, pelaku pasar yang ingin memanfaatkan momentum pembagian dividen untuk masuk ke saham-saham tertentu disarankan untuk wait and see terlebih dahulu. Menurut Nafan, momentum saat ini kurang tepat jika hanya mengandalkan dividen. Pelaku pasar perlu melihat aksi korporasi lain.
Baca Juga: BI pangkas proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini, bank tetap optimistis capai target
Sementara itu, Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial merekomendasikan saham-saham perbankan seperti buy on weakness BBNI Rp 5.800 dengan target harga Rp 7.000, buy on weakness BBRI di harga Rp 4.200 dengan target harga Rp 4.900, buy on weakness BMRI di harga 6.000 dengan target harga Rp 7.200. Saran ini mempertimbangkan kebijakan suku bunga yang rendah dan relaksasi kredit KPR dan kendaraan bermotor.
Di samping itu, Janson juga merekomendasikan buy on weakness PGAS di harga 1.250 dengan target harga Rp 1.800, buy on weakness PTBA di Rp 2.200 dengan target harga Rp 2.800, dan buy on weakness TLKM di 3.200 dengan target harga Rp 4.200 per saham.
Dia menambahkan, kinerja emiten-emiten BUMN dapat dipastikan menurun. Adapun lesunya pembagian dividen masih akan berlanjut mengingat Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan merevisi pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2021 menjadi 5% dari sebelumnya 5,4%.
"Artinya ekspektasi pembagian dividen akan cenderung turun namun tidak separah di 2020 karena sektor-sektor BUMN tersebut di sektor siklikal semua," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/2).
Baca Juga: Pembiayaan melonjak 143%, SILPA 2021 diyakini bisa kendalikan utang
Sementara itu, emiten batubara pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tidak memungkiri, bisnis batubara di tahun 2020 memang mendapat tantangan lebih berat karena permintaan pasar menjadi menurun akibat Covid-19. "Namun, PTBA tetap bisa mencatat kinerja positif dan membukukan laba untuk kinerja tahun lalu," jelas Sekretaris perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie kepada Kontan.co.id, Kamis (25/2). Terkait dividen, dia bilang hal tersebut merupakan kewenangan pemegang saham.
Senada, Head of Investor Relations TLKM Andi Setiawan bilang, dividen sepenuhnya kewenangan pemegang saham. "Besarannya akan ditentukan pada saat RUPS nanti," ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (25/2).
TLKM tidak memungkiri kinerjanya turut terpengaruh pandemi Covid-19. Akan tetapi, emiten telekomunikasi itu juga menjadi melihat peluang untuk mengakselerasi transformasi digital, serta memberikan berbagai solusi bagi seluruh segmen pelanggan dan masyarakat.
Baca Juga: Menteri Erick: Vaksin corona mandiri Sinopharm 3,5 juta dosis tiba Maret
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News