kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diversifikasi bisnis bikin Indofood makin good


Rabu, 31 Desember 2014 / 07:00 WIB
Diversifikasi bisnis bikin Indofood makin good
ILUSTRASI. Redeem Free Fire Code Id itu Apa? Ini Web Klaim Kode Redeem FF yang Asli & Cara Klaim


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Kelompok usaha keluarga Salim memperluas bisnis usaha. Grup Salim, melalui PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) merambah bisnis pengolahan makanan berbasis protein hewani.

Merujuk keterbukaan informasi 19 Desember 2014, INDF bekerjasama dengan BRF S.A, sebuah perusahaan publik asal Brasil. Nantinya, keduanya mendirikan perusahaan patungan alias joint venture di bisnis poultry dan pengolahan makanan.

Kedua belah pihak telah menandatangani nota kesepahaman pada 19 Desember 2014. Werianty Setiawan, Direktur INDF mengatakan, keduanya akan memegang 50% kepemilikan saham perusahaan patungan. Sementara nilai investasi US$ 200 juta dalam jangka waktu tiga tahun.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand mengatakan, diversifikasi bisnis akan berdampak positif bagi kinerja INDF. Menurut dia, BRF akan sebagai penyedia teknologi dan pengetahuan seputar makanan protein hewani. Sebab, BRF sudah berpengalaman dalam bisnis tersebut. Sedangkan INDF sebagai distributor. "Jangkauan distribusi Indofood cukup luas," ujar dia.

BRF adalah produsen protein hewani beku terbesar di dunia yang telah ekspor ke 110 negara di lima benua. Princy Singh, Analis JP Morgan dalam riset 22 Desember 2014 mengatakan, pangsa pasar BRF hingga 32% di Brasil.  Namun sayangnya di Indonesia, keduanya masih belum membeberkan rencana produksinya.

Menurut Princy, selama ini ada empat emiten besar yang memegang market share hingga 80%. Dua pemegang market share terbesar adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) memiliki 40% dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dengan market share 25%.

"Kami rasa joint venture ini akan berfokus pada produk segar, namun dalam tahap awal jangkauan produksi masih terbatas pada produk ayam kemasan," tulis Princy. Dia juga memproyeksikan, perusahaan hasil patungan ini juga akan berinvestasi pada, sistem distribusi, infrastruktur penyimpanan beku, dan teknologi.  

Baik Princy maupun Andy masih belum dapat memproyeksikan besaran pendapatan atau keuntungan yang akan diperoleh INDF ke depannya. "Tergantung berapa besar produksinya berapa untuk per tahunnya," ujar Andy.

Namun, Andy yakin, hasil bisnis ini dalam jangka panjang cukup positif. Apalagi, produk bisnis kemungkinan adalah daging ayam. Sebab menurut Princy, bisnis daging sapi kemasan kurang menguntungkan dalam jangka pendek. Sebab, biaya operasional cukup besar dan pendapatan cenderung kecil.

Secara bisnis konsumer masih menjadi primadona untuk mendukung kinerja INDF ditengah rendahnya harga minyak kelapa sawit.  Analis Indo Premier Securities, Julianto Wongso memprediksikan, tahun ini pendapatan akan mencapai Rp 68,48 triliun dan menjadi Rp 74,35 triliun di 2015. Sedangkan laba bersih menjadi Rp 4,2 triliun di 2014 dan Rp 4,62 triliun di tahun depan.

Julianto dan Andy merekomendasikan, beli dengan target masing-masing di Rp 8.600 dan di Rp 8.200. Sedangkan Princy merekomendasikan netral di harga Rp 6.550. Selasa (30/12) harga INDF naik 1,89% ke Rp 6.750.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×