Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat. Ini tercermin dari survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan April 2022 meningkat menjadi 113,1 dari 111,0 pada bulan sebelumnya.
BI juga memperkirakan, kinerja penjualan eceran bulan April 2022 terkerek secara bulanan. Ini terlihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan April 2022 yang sebesar 219,3 atau tumbuh 6,8% month to month/ Adapun peningkatan terjadi pada sebagian besar kelompok, terutama kelompok peralatan informasi dan komunikasi, makanan, minuman dan tembakau, serta subkelompok sandang.
"Sejalan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada bulan Ramadan dan menjelang HKBN Idul Fitri," seperti yang tertulis dalam riset BI, Kamis (12/5).
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Edo Ardiansyah menanggapi, kondisi yang dipaparkan dalam data-data di atas mencerminkan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi yang mulai membaik. Ini juga terlihat dari mobilitas masyarakat yang terus meningkat sejak adanya pelonggaran kebijakan penanganan Covid-19 oleh pemerintah.
Baca Juga: Masuk Industri NFT, Simak Rekomendasi Analis untuk Saham Wira Global Solusi (WGSH)
Mempertimbangkan kondisi yang ada, emiten-emiten ritel berpotensi mengalami perbaikan setelah beberapa tahun terakhir dibayangi pandemi Covid-19. Adapun emiten-emiten yang berpotensi mengalami pemulihan secara signifikan adalah emiten-emiten ritel pakaian, barang rumah tangga, dan elektronik.
Sepengamatan Edo, momentum hari raya Idul Fitri menjadi salah satu menopang. Selain itu, adanya kebijakan work from home (WFH) dan work from office (WFO) turut mengerek permintaan terhadap barang-barang elektronik seperti gadget maupun laptop. "Pertumbuhan IKK dan IPR Indonesia menjadi katalis positif bagi saham-saham di sektor retail," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (12/5).
Adapun beberapa saham yang menurutnya bisa dicermati seperti MAPI yang masih dipertahankan buy dengan target harga Rp 1.040 per saham. Selain itu ada ERAA yang disarankan buy dengan target harga Rp 830 per saham.
Kendati diwarnai katalis positif yang berpotensi mengerek penjualan ritel, sentimen pasar masih didominasi oleh adanya kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Oleh karenanya, investor tetap harus siap dengan adanya volatilitas.
Sepengamatannya, inflasi memang masih menjadi sorotan utama para pelaku pasar. Kenaikan suku bunga acuan di beberapa negara maju seperti AS, Inggris, dan Australia Memperdalam kekhawatiran investor mengenai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Bakal Gelar Stock Split, Begini Rekomendasi Sahamnya
Data inflasi (CPI) AS untuk bulan April juga memberikan indikasi lonjakan inflasi yang mungkin sudah mencapai puncaknya namun tidak mungkin turun secara drastis dengan cepat dan mengubah rencana Federal Reserve dalam memperketat kebijakan moneter.
Oleh karenanya, investor sekarang mempunyai ekspektasi kenaikan suku bunga setidaknya sebesar 50 bps yang akan dilakukan pada dua pertemuan kebijakan Federal Reserve mendatang, yakni tanggal 15 Juni dan 27 Juli.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menambahkan, pelaku pasar juga masih perlu mewaspadai Covid-19 mengingat sejauh ini belum tuntas sepenuhnya. Di sisi lain, ada potensi merebaknya virus hepatitis baru berpeluang menjadi katalis negatif lain.