kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   29.000   1,24%
  • USD/IDR 16.616   9,00   0,05%
  • IDX 8.067   -160,68   -1,95%
  • KOMPAS100 1.104   -18,58   -1,66%
  • LQ45 772   -16,13   -2,05%
  • ISSI 289   -5,28   -1,79%
  • IDX30 403   -8,81   -2,14%
  • IDXHIDIV20 455   -7,63   -1,65%
  • IDX80 122   -2,25   -1,82%
  • IDXV30 131   -1,45   -1,10%
  • IDXQ30 127   -1,92   -1,49%

Ditopang Bisnis Sewa Menara, Simak Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL)


Selasa, 14 Oktober 2025 / 14:35 WIB
Ditopang Bisnis Sewa Menara, Simak Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL)
ILUSTRASI. Menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk alias Mitratel.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencatat kinerja positif pada semester I-2025. Bisnis penyewaan menara atau tower diproyeksi masih menjadi penopang kinerja MTEL hingga akhir tahun. 

Pada semester pertama 2025, MTEL membukukan pendapatan sebesar Rp 4,59 triliun, naik 2,2% secara year on year (yoy). Laba bersih juga meningkat 2,8% yoy menjadi Rp 1,09 triliun pada semester I – 2025.

Leonardo Lijuwardi, Analis NH Korindo Sekuritas mengatakan, MTEL mempertahankan posisinya sebagai pemilik menara terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara dengan 39.782 menara. 

Segmen serat optiknya tetap menjadi mesin pertumbuhan utama, mengimbangi pertumbuhan yang stagnan di segmen menara dan memberikan kontribusi yang meningkat terhadap pendapatan keseluruhan. 

“Pertumbuhan pendapatan MTEL mengalami kontraksi dengan sewa menara tetap menjadi pilar utama dengan peningkatan sebesar 2,8% yoy menjadi Rp 3,81 triliun di semester pertama 2025,” ujar Leonardo dalam risetnya pada 8 September 2025. 

Baca Juga: Menggaet Restu Buyback, Ini Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL) Dari Analis

Adapun, segmen non-sewa seperti reseller menara dan bisnis terkait menara menurun, sejalan dengan fokus MTEL pada bisnis dengan margin yang lebih tinggi. Pendapatan reseller menara turun 10,1% yoy menjadi Rp 240 miliar. Sementara bisnis terkait menara turun 14,5% yoy menjadi Rp260 miliar di semester I – 2025. 

Leonardo menambahkan serat optik tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan. Fiber-to-the-Tower (FTTT) merupakan inisiatif utama perusahaan untuk memenuhi permintaan operator seluler akan konektivitas yang lebih baik. Pendapatan serat optik melonjak 28,1% yoy menjadi Rp 287 miliar di semester I – 2025. 

“Kami memperkirakan serat optik akan berkontribusi 6,2% dari total pendapatan tahun fiskal 2025, didukung oleh perluasan jaringan yang berkelanjutan,” tulis Leonardo. 

Berdasarkan operator, Telkomsel (penyewa terbesar) tumbuh 7,4% yoy menjadi Rp 2,53 triliun pada semester I – 2025, XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) melonjak 17,3% yoy pasca-merger menjadi Rp 632 miliar. Indosat Tbk (ISAT) naik 8,9% YoY menjadi Rp 958 miliar. Telkomsel menyumbang 55% pendapatan MTEL. 

“Dibandingkan dengan perusahaan sejenis TOWR dan TBIG, dampak pasca-merger dari EXCL–FREN hanya berdampak terbatas pada MTEL,” terang Leonardo. 

Adapun, untuk aset operasionalnya, MTEL saat ini memiliki 39.782 menara pada semester I – 2025 dan jumlah penyewa naik 3,9% yoy menjadi 60.907 pada semester I – 2025. Jaringan fiber mencapai 54.447 km hingga semester I – 2025, dengan target tahun fiskal tahun 2025 sebesar 10.000 km perluasan. 

Rekomendasi Saham

Gani, Equity Research Analyst OCBC Sekuritas memproyeksikan kinerja MTEL pada kuartal IV – 2025 tumbuh terbatas sekitar low single digit. Ia melihat potensi pertumbuhan industri menara telekomunikasi di kuartal IV masih belum bisa terlalu tinggi karena konsolidasi tenant setelah merger EXCL dan Fren. 

“Sentimen yang perlu diperhatikan untuk mencermati kinerja MTEL hingga akhir tahun antara lain suku bunga dan perkembangan strategi dari operator,” ujar Gani kepada Kontan, Selasa (14/10/2025). 

Baca Juga: RUPSLB Mitratel (MTEL), Dapat Restu Buyback dan Angkat Komisaris Baru

Leonardo merekomendasikan buy saham MTEL dengan target harga Rp 700 per saham. Menurut Leonardo, meskipun segmen penyewaan menara memiliki pertumbuhan yang terbatas pasca konsolidasi merger operator seluler, MTEL masih memiliki peluang untuk mencapai pertumbuhan di atas rata-rata industri melalui segmen fiber-nya. 

Selain itu, neraca yang sehat dan leverage yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya masih memungkinkannya untuk mengambil peluang ekspansi anorganik. 

Kekuatan portofolio MTEL terletak pada menaranya yang tersebar luas di luar Jawa sehingga kurang terekspos dampak merger EXCL-FREN. “Risiko bagi MTEL meliputi Melemahnya pertumbuhan penyewaan serta pertumbuhan yang lebih lemah dari perkiraan di segmen fiber,” jelas Leonardo.

 

Selanjutnya: Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Turun 88% ytd, Purbaya: Beban Bunga Utang Lebih Murah

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Snack Fair Periode 1-15 Oktober 2025, Beli 1 Gratis 1 Lay’s-Cheetos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×