Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kasus Covid-19 yang terus menanjak di Tanah Air semakin menggerus kinerja maskapai penerbangan, termasuk PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tahun ini. Jadwal penerbangan yang terbatas akibat diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ikut menguras pendapatan emiten plat merah tersebut.
Analis Ciptadana Sekuritas Fahressi Fahalmesta mengungkapkan, belum melihat ada sentimen positif ke depan yang mampu membalikkan kinerja GIAA saat ini. Bahkan, potensi temuan vaksin Covid-19 belum cukup kuat untuk mendorong recovery emiten penerbangan tersebut.
Baca Juga: MNC Investama (BHIT) restui pengunduran diri Angela Tanoesoedibjo
"Kami melihat (GIAA) belum terlalu menarik, dan pastinya belum masuk tahap recovery. Butuh waktu sekitar 1,5 tahun hingga 2 tahun untuk recovery pasca vaksin ditemukan," kata Fahressi kepada Kontan, Selasa (18/8).
Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat pemulihan kondisi fundamental GIAA membutuhkan waktu lebih panjang. Dimana, pandemi Covid-19 akan merubah pola masyarakat untuk bepergian dinas hingga travelling menggunakan maskapai penerbangan.
Fahressi mengungkapkan, kondisi ekonomi saat ini tengah menekan sebagian besar kinerja perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri. Akhirnya, perusahaan lebih memilih alternatif video call hingga pertemuan bisnis secara virtual demi bisa memangkas anggaran pengeluaran untuk dinas ke luar kota.
Sementara itu dari sisi pariwisata, Fahressi mengungkapkan mayoritas pengunjung Bali berasal dari Australia yang beberapa waktu sempat menerapkan kebijakan lockdown. Alhasil potensi pertumbuhan penumpang dari internasional kemungkinan ikut tertekan.
Baca Juga: PTPP bidik kontrak luar negeri, begini kata analis
"Kalaupun ada kunjungan dari wisatawan domestik, tapi jumlahnya belum banyak dan relatif rendah. Apalagi tingkat keterisian pesawat juga belum maksimal karena orang takut keluar-keluar dan harus rapid test lebih dulu," ungkapnya.
Untuk itu, Fahressi belum melihat titik terang dari prospek saham GIAA ke depan, terutama dari sisi fundamental. Meskipun sentimen Covid-19 bisa mereda dalam waktu dekat, namun belum bisa menjamin angka wisatawan akan melonjak drastis di waktu singkat, lantaran tingginya kekhawatiran akan faktor kesehatan.
"Walaupun Garuda Indonesia punya segmen penumpang kelas menengah, namun kondisi ekonomi saat ini membuat orang-orang masih concern akan risikonya," tandasnya.
Baca Juga: Tertekan pandemi, begini cara emiten kosmetik mempercantik kinerja di semester II
Fahressi cenderung merekomendasikan sell untuk saham GIAA dengan target harga yang diperkirakan masih negatif. Mengutip Bloomberg, pada 2 Juli 2020 lalu, dia menargetkan harga GIAA berada di kisaran Rp 170 per saham.
Pada perdagangan Selasa (18/8) saham GIAA ditutup menguat 2,4% di level Rp 256 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News