kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Disiplin mengikuti rencana trading


Sabtu, 29 Juni 2013 / 08:58 WIB
Disiplin mengikuti rencana trading
ILUSTRASI. Layanan BCA Mobile.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Disiplin dalam berinvestasi. Motto tersebut diterapkan Wahyu Trenggono, Direktur Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), dalam memutar portofolio investasinya. Dia mengikuti rencana perdagangan atau trading plan untuk berinvestasi di saham.

Strategi itu membuat hasil investasinya menjadi lebih optimal. Saat harga saham tertekan seperti saat ini, Wahyu memilih melepas kepemilikannya. Misalnya, dia membeli saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebanyak 100 lot di awal Januari 2013 dengan harga Rp 27.000 per saham.

Karena banyak sentimen negatif, saham tersebut turun menjadi Rp 25.000 per saham di Juni lalu. Ia melakukan cut loss untuk meningkatkan return potensial. "Terkadang orang ragu-ragu melakukan cut loss. Namun, di kondisi seperti ini, cash is gain. Jadi lebih baik memegang kas, lalu nanti bisa dibelanjakan lagi," kata Wahyu.

Kendati demikian, Wahyu mengaku seringkali salah perhitungan. Dia masuk kembali saat saham belum mencapai harga terendah. Alhasil, keuntungan yang diperoleh juga kurang besar atau justru merugi.

Dia mempunyai prinsip bahwa investasi tidak menggunakan dana-dana yang dialokasikan untuk kepentingan harian atau darurat. Dengan demikian, kerugian yang akibat berinvestasi tidak mengganggu keuangan rutin.

Lulusan Magister Manajemen IPMI International Business School ini juga memasang target harga saham. Saat harga saham sudah mencapai target, Wahyu melepas seluruh kepemilikan sahamnya.  

Namun, ia juga melihat kinerja dan pertumbuhan emiten saham tersebut. "Apabila tiba-tiba perusahaan tersebut goyang dan tidak mencatat pertumbuhan, maka saya mempertimbangkan untuk menarik investasi saya," kata Wahyu.

Wahyu hanya memilih saham-saham berkapitalisasi besar untuk dikoleksi. Dia menganalisis sendiri sejarah laporan keuangan emiten serta membuat prediksi pertumbuhan perusahaan dalam jangka waktu sekitar tiga hingga lima tahun ke depan. Materi analisis Wahyu, antara lain penjualan dan laba emiten.

Lulusan ekonomi Universitas Gadjah Mada ini pun menganalisis teknikal saham untuk menentukan waktu yang pas untuk masuk dan keluar dari saham. Kesimpulan analisis yang telah dilakukan secara pribadi tersebut dibandingkan dengan hasil analisis yang dipublikasikan oleh perusahaan sekuritas. "Apakah analisis saya sudah klop atau belum. Apabila sudah cocok, maka saya baru memutuskan untuk membeli saham tersebut," ujar Wahyu.

Sejumlah saham yang digenggamnya seperti saham-saham consumer goods, infrastruktur, dan perbankan. Dia memprediksi, saham perbankan masih berpotensi tumbuh besar dalam jangka panjang.

Wahyu mengaku, dulu ia masuk ke saham-saham gorengan dan trading mengikuti rumor. "Lalu bolak-balik lost sampai sekian kali dari gaji yang saya terima. Namun, seiring berjalannya usia, saya mulai lebih tertata karena tidak bagus juga untuk kesehatan jantung," canda Wahyu.

Selain saham, Wahyu mendiversifikasikan investasinya ke valuta asing. Salah satu yang menjadi pilihannya adalah mata uang dollar Amerika Serikat (AS). "Karena dollar AS banyak informasinya, maka saya masuk ke sana. Saya juga memiliki beberapa mata uang lain," ujar dia.

Selain menggenggam portofolio pasar modal dan pasar uang, Wahyu pun menanam duit di sektor riil. Saat ini, Wahyu menyusun usaha di sektor agribisnis di Bogor. Ia akan menanam buah, seperti pepaya, atau tanaman keras yang memiliki perputaran hidup sekitar tiga hingga lima tahun. "Persiapannya sudah jalan. Dengan usaha ini, impian saya bisa memandangi kebun buah sambil main saham," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×