Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT PP (Persero) Tbk (PTPP) masih didorong oleh sejumlah sentimen positif. Asal tahu saja, PTPP mencatatkan laba sebesar Rp 481,37 miliar di tahun 2023. Raihan tersebut naik 77,17% dari laba tahun 2022 sebesar Rp 271,69 miliar.
Melansir keterbukaan informasi BEI, pendapatan PTPP juga naik di tahun 2023. Per akhir tahun lalu, PTPP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 18,46 triliun. Raihan itu turun 2,41% dari pendapatan tahun 2022 yang senilai Rp 18,92 triliun.
Research Analyst Panin Sekuritas, Aqil Triyadi mengatakan, kenaikan pendapatan PTPP disebabkan oleh pendapatan EPC yang naik 90,2% secara tahunan menjadi Rp 2,2 triliun. Lalu, diikuti pendapatan properti dan realty yang naik 13,3% ke Rp 2,2 triliun.
Namun, pada pendapatan kontribusi terbesar, yaitu jasa konstruksi turun 3,9% secara tahun menjadi Rp 14,7 triliun.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Akan Bagikan Dividen Rp 1.569 Per Saham, Simak Rekomendasinya
Secara operasional, Perseroan mencatatkan perolehan nilai kontrak baru sepanjang tahun 2023, meningkat 1,5% secara tahunan menjadi Rp 31,7 triliun.
Di tahun 2024, terdapat katalis positif terkait kontrak PTPP di awal tahun yang positif. Hal ini dapat menjadi dorongan untuk perseroan mencapai target di tahun 2024. Selain itu, Perseroan masih menjadi pemegang kontrak IKN terbanyak hingga saat ini.
PTPP mengantongi nilai kontrak baru sebesar Rp 4,9 triliun di kuartal I 2024. Beberapa proyek yang sudah dalam proses tender akan masuk di kuartal II 2024. Hingga saat ini, PTPP juga sudah mengantongi total kontrak di Ibu Kota Negara (IKN) senilai Rp 11,23 triliun.
“Rencana divestasi aset diharapkan akan memperbaiki neraca Perseroan. Net gearing saat ini masih cukup baik di level 1,23x berada di atas peers,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (24/4).
Menurut Aqil, kenaikan suku bunga akan berdampak pada beban bunga perusahaan yang meningkat. Sebagai catatan, hari ini (24/4), suku bunga Bank Indonesia (BI) dinaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.
“Ini tentu akan memperberat bottom line,” paparnya.
Soal peleburan BUMN Karya, pasar harus menunggu dulu skema mergernya seperti apa. Namun, secara garis besar, kinerja PTPP akan terbebani jika terjadi dilebur dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang memiliki tingkat utang yang besar dan kondisi Perusahaan yang masih mencatatkan rugi bersih.
Baca Juga: ACES Diprediksi Bakal Cetak Kinerja Positif pada 2024, Begini Rekomendasi Sahamnya
“Namun, secara perolehan kontrak, ketika semakin sedikit pemain konstruksi, akan berdampak pada perolehan kontrak. Dari sisi margin juga lebih baik, sebab mulai berkurangnya persaingan tender,” tuturnya.
Aqil merekomendasikan buy on weakness untuk PTPP dengan target harga Rp 510 per saham.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, penyebab kenaikan kinerja PTPP didorong oleh segmen EPC.
Selain itu, kinerja juga didorong segmen usaha pracetak yang meningkat sebesar 60,58% secara tahun kepada Rp 59,24 triliun.
Menurut Vicky, prospek kinerja PTPP pada tahun ini akan cerah, dengan beberapa sentimen yang menjadi pendorong. Yaitu, adanya kontrak baru pada awal tahun ini adalah proyek Kantor PUPR Wing 2 senilai Rp 815,5 miliar, proyek pembangunan Jalan Seksi 6C Rp 746,6 miliar, proyek Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 3 senilai Rp 622,4 miliar.
Selain itu, kinerja PTPP juga didorong sentimen positif dari proyek pembangunan jalan serta fokus dalam menyelesaikan proyek-proyek yang ada di IKN dengan jumlah yang cukup banyak.
“Namun, untuk merger PTPP-WIKA dapat merugikan PTPP, tetapi tidak akan selalu negatif. Misalnya, dengan adanya konsolidasi aset setelah merger, keduanya dapat saling menguntungkan,” tuturnya.
Vicky pun merekomendasikan beli untuk PTPP dengan target harga Rp 465 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News