kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diselimuti sentimen negatif, simak rekomendasi analis untuk saham emiten ritel


Minggu, 09 Februari 2020 / 16:44 WIB
Diselimuti sentimen negatif, simak rekomendasi analis untuk saham emiten ritel
ILUSTRASI. Warga berbelanja di pusat perbelanjaan.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awan gelap tengah menyelimuti pertumbuhan emiten sektor ritel. Berbagai katalis negatif, mulai dari pemangkasan subsidi bahan bakar, kenaikan tarif listrik 900-VA dan iuran BPJS Kesehatan, hingga menipisnya promo dompet digital membayang kinerja emiten ritel pada tahun ini.

Banyak analis yang menilai prospek emiten ritel pada tahun ini akan cenderung melambat, terlebih emiten ritel yang menyasar low end retailers. Kendati demikian, beberapa emiten ritel berusaha untuk keluar dari situasi tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuka gerai baru.

Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian melihat pembukaan gerai baru memang bisa menjadi katalis positif bagi emiten ritel. Namun ia menegaskan, pemilihan lokasi menjadi kunci paling utama untuk pembukaan gerai baru.

Baca Juga: Emiten sektor ritel diprediksi akan menghadapi tahun yang sulit

“Pembukaan gerai baru bisa meningkatkan penjualan emiten ritel, namun jika ingin efektif sebaiknya buka di second dan third tier city. Kota-kota tersebut lebih mempunyai peluang ketimbang di kota-kota besar,” terang Robert kepada Kontan.co.id, Minggu (9/2).

Salah satunya adalah PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) yang bertransformasi dengan menghadirkan Ramayana Prime. Sebuah toko yang tidak hanya menjual produk ritel, namun juga mengombinasikannya dengan konsep lifestyle yang di dalamnya terdapat bioskop hingga tenant makanan dan minuman. Sejauh ini sudah terdapat 11 gerai Ramayana Prime.

Namun gerai baru milik RALS ini belum cukup banyak memberikan sumbangan, sebab hingga kuartal III-2019 lalu, RALS hanya mencatatkan 0,8% SSSG, turun jauh dari 2,4% secara year on year (yoy).

Robert menilai penurunan ini menunjukkan penjualan yang menurun dari gerai yang sudah ada. Selain itu, juga tidak terlepas dari semakin ketatnya persaingan antar kompetitor hingga pasar e-commerce.

“Tapi saya melihat tren ini masih akan berlanjut pada tahun 2020, terlebih daya beli kelompok low-end juga akan tertekan. Saya rasa pendapatan RALS pada 2020 akan berkisar di angka Rp 5,55 triliun dengan laba bersih RP 667 miliar,” ujar Robert.

Tak mau kalah, PT Matahari Department Store (LPPF) menjalin kerjasama dengan OVS dan 361° agar bisa terus bersaing dengan kompetitor lain. Bahkan LPPF sudah membuka 3 gerai OVS pada 2019 silam.

Namun analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya melihat langkah yang diambil LPPF dinilai belum cukup berarti untuk memperbaiki kinerja secara keseluruhan. Menurutnya, gerai baru tidak serta-merta bisa membendung ancaman dari kompetitor lain.

“Bagaimanapun, ritel fast-fashion dan mom & pop stores yang punya penawaran harga lebih atraktif dan punya promosi in-store khusus jauh lebih menarik pembeli dengan pendapatan menengah ke atas,” jelas Christine.

Laba bersih LPPF pada kuartal III-2019 sendiri hanya mencapai Rp 24 miliar, turun 83,7% secara yoy. Christine memperkirakan pada kuartal IV-2019 LPPF masih akan mencatatkan kinerja yang serupa. Hal ini tidak terlepas dari kemiripan dalam clearance inventory yang sama dengan periode kuartal III-2019.

Dengan berbagai tantangan yang menanti di 2020, Christine memproyeksikan pendapatan LPPF masih akan stagnan dan berada di Rp 10,09 triliun dengan laba bersih Rp 1,55 triliun.

Sementara itu, analis Indopremier Sekuritas Kevie Aditya dalam risetnya pada 20 Januari 2020 menuliskan PT Mitra Adi Perkasa (MAPI) merupakan emiten ritel yang tidak akan terlalu terdampak dari katalis negatif yang tengah mengancam.

Baca Juga: Jadi Andalan Nomor Wahid Bagi Philip Morris, Begini Rekomendasi Saham HMSP

Kendati pada kuartal III-2019, MAPI hanya mampu mencatatkan SSSG di level 3%, Kevie menilai pada kuartal IV-2019, MAPI akan solid dan berhasil mencapai SSSG sebesar 6-8%. Sehingga menjadikan SSSG MAPI sepanjang 2019 di 4%.

“MAPI yang mempunyai pasar di kalangan menengah ke atas dinilai tidak akan terlalu terpengaruh dengan kemungkinan menurunnya daya beli, sehingga masih mungkin menjaga angka SSSG sebesar 4%,” tulis Kevie.

Selain tidak cukup terdampak, Kevie menilai ekspansi yang dilakukan MAPI dengan merambah bisnis kecantikan melalui BOOTS juga punya peluang yang positif jika dilihat dari potensi pasarnya. Kevie memproyeksikan pendapatan MAPI pada 2020 akan mencapai Rp 24,75 triliun dengan laba bersih Rp 1,26 triliun

Dengan kondisi seperti ini, Christine merekomendasikan untuk hold saham LPPF dengan target harga Rp 4.000. Sementara untuk saham RALS, Robert merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.200 dan sahamMAPI juga direkomendasikan buy oleh Kevie dengan target harga Rp 1.250.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×