Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat investasi Ariston Tjendra berpendapat, dinar dan dirham yang beredar di Indonesia saat ini bertujuan untuk investasi, bukan sebagai alat tukar.
“Sama seperti orang memiliki emas, yang dikoleksi dan sewaktu waktu dijual. Jadi hanya investasi saja,” kata Ariston dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Selasa(23/2).
Dinar merupakan kepingan logam yang sebagian atau seluruhnya dibuat dari emas. Sementara dirham adalah kepingan logam perak.
Dinar memiliki kandungan emas 91,7 persen sedangkan dirham mempunyai kandungan perak 99,95 persen.
Baca Juga: Penjualan Dinar dan Dirham cenderung moderat tahun lalu
Contohnya, masyarakat membeli emas untuk jaga-jaga ketika ekonominya sedang tidak baik, maka dia bisa menjual emas itu.
Terkait adanya pasar yang menggunakan dinar dan dirham di Depok beberapa waktu lalu dan pemilik mengaku membuatnya di PT Aneka Tambang(Antam), Ariston berpendapat tentu Antam tidak bisa dipersalahkan.
“Karena itu sudah jelas aturannya. Terkait soal jual beli dinar dan dirham ini, itu ada mekanismenya. Sedangkan bila ada yang mengggunakan untuk alat tukar jual beli itu jelas salah,” jelasnya.