Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini sepertinya masih akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi emiten minyak dan gas. Hal ini bisa dilihat dari langkah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang mengambil langkah cukup konservatif dalam menyiapkan anggaran belanja modal (capex) pada tahun ini.
Manajemen MEDC mengungkapkan, capex yang disiapkan pada 2021 akan cukup konservatif dan tidak jauh berbeda dengan tahun lalu.
Tahun lalu, MEDC menyiapkan rencana capex sebesar US$ 180 juta untuk Medco EP dan US$ 60 juta untuk MedcoPower.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, langkah tersebut merupakan langkah yang wajar dalam kondisi saat ini. Kendati ada tren kenaikan harga minyak dunia, secara umum, kondisi ekonomi saat ini belum sepenuhnya pulih.
“Terkait rencana target yang konservatif, itu wajar-wajar saja mengingat kondisi ekonomi belum begitu pulih. Jadi MEDC akan cenderung menjaga cashflow perusahaan dengan sedikit mengurangi belanja modalnya,” kata Sukarno ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/2).
Sementara analis Sucor Sekuritas Hasan menilai capex yang disiapkan MEDC pada tahun ini akan difokuskan untuk eksplorasi minyak dan gas. Menurutnya, MEDC akan terus menjalankan program eksplorasi di Block B South Natuna Sea yang telah dikerjakan pada tahun 2020.
Baca Juga: Simak saran Hilmi Panigoro agar investasi di energi terbarukan tetap masuk
“Selain itu, MEDC juga akan merampungkan proyek Riau IPP dengan target operasi komersial pertengahan tahun 2021,” imbuh Hasan.
Dari segi kinerja, tahun lalu merupakan tahun yang sulit bagi MEDC. Sepanjang sembilan bulan pertama 2020, MEDC membukukan kerugian sebesar US$ 118 juta. Hasan mengatakan bahwa perolehan tersebut meleset jauh dari proyeksi Sucor dan konsensus.
Ia menyebut hasil yang buruk ini tidak terlepas dari kompresi margin karena realisasi Average Selling Price (ASP) yang lebih rendah pada kuartal III-2020 untuk minyak dan gas dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Apalagi, tingkat tarif pajak juga lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan Sucor.
Jika dilihat kinerjanya secara kuartalan, pendapatan MEDC mencapai US$ 241 juta pada kuartal III-2020 atau turun 8% dibanding kuartal II-2020. Sementara dari bottom line, MEDC ini berhasil hanya membukukan kerugian US$ 31,9 juta, padahal pada kuartal sebelumnya merugi US$ 68,2 juta.
“Perbaikan kinerja pada kuartal III-2020 ini tidak terlepas dari realisasi harga minyak yang lebih baik pada periode tersebut. Dengan harga minyak dunia yang kembali membaik pada kuartal IV-2020, MEDC berpotensi kembali memperbaiki kinerjanya pada periode tersebut,” terang Hasan.
Adapun untuk ASP minyak pada kuartal III-2020 berhasil pulih menjadi US$ 40,6 per barel atau naik 52% dari US$ 26,8 per barel pada kuartal II-2020. Kendati demikian, ASP gas alam justru turun dari US$ 6,2 per mmbtu menjadi US$ 4,6 per mmbtu.
Hasan cukup optimistis tahun ini akan menjadi tahun yang lebih baik bagi MEDC. Salah satu faktor pendukungnya adalah outlook harga minyak yang lebih baik. Sucor pun menaikkan proyeksi ASP minyak pada 2021 dari US$ 50 per barel menjadi US$ 60 per barel. Hal ini dikarenakan besarnya peluang anggota OPEC+ yang masih akan melanjutkan program pemangkasan produksi pada tahun ini.
Selain itu, permintaan akan minyak mentah juga diharapkan akan mengalami perbaikan seiring cadangan minyak yang relatif mulai turun sejak musim panas kemarin. Jumlah cadangan bensin dan solar di Amerika Serikat memang masih di atas rata-rata lima tahun terakhir, hanya saja jumlahnya perlahan mulai berkurang.
Baca Juga: Saham komoditas pilihan analis untuk pekan pertama Februari 2021
“Selain harga minyak yang lebih baik pada tahun ini, kami melihat ada potensi produksi migas MEDC pada tahun ini akan mengalami pertumbuhan pada tahun ini,” tambah Hasan.
Setali tiga uang, Sukarno juga melihat kenaikan harga minyak dunia akan memberi dampak positif ke kinerja MEDC. Menurutnya, kenaikan harga minyak akan mendorong margin profit MEDC ikut naik. Dengan momen naiknya harga minyak, Sukarno menilai MEDC harus memanfaatkan momen tersebut untuk meningkatkan volume penjualannya.
Sementara secara jangka panjang, MEDC dapat menggarap bisnis hilir untuk meningkatkan kinerja ke depannya,” ujar Sukarno.
Hasan memperkirakan, pada tahun lalu MEDC akan memperoleh total pendapatan sebesar US$ 1,25 miliar dengan membukukan kerugian US$ 120 juta. Sementara untuk tahun ini, pendapatan MEDC diperkirakan akan mencapai US$ 1,62 miliar dengan laba bersih US$ 58 juta.
Lebih lanjut, Hasan menyebut bahwa target price yang sebelumnya ia berikan pada MEDC, yakni Rp 615 sudah terlewati mengingat saat ini harga MEDC berada di Rp 670. Kendati demikian, ia masih merekomendasikan untuk beli saham MEDC.
Sementara Sukarno cenderung netral untuk saham MEDC. Namun, secara jangka pendek, ia melihat harga MEDC berada dalam tren sideways di kisaran Rp 585-Rp 790. Sehingga bisa memanfaatkan sinyal teknikal tersebut untuk kembali trading buy.
Sedangkan analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.000.
Selanjutnya: Tidak jor-joran menganggarkan capex, begini fokus Medco Energi (MEDC) di 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News