Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati terkoreksi jelang akhir pekan ini, harga minyak dunia masih berpeluang mengalami kenaikan dalam waktu dekat. Hal ini ditopang oleh sejumlah sentimen positif yang mempengaruhi fundamental komoditas tersebut.
Pada Jumat (30/8) pukul 17.20 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2019 di New York Mercantile Exchange melemah 0,88% ke level US$ 56,21 per barel.
Hasil ini mengakhiri tren kenaikan harga minyak yang terjadi dalam tiga hari terakhir. Beruntung, jika dihitung dalam sepekan, harga minyak WTI masih naik 3,76%.
Baca Juga: Setelah naik tinggi, harga minyak terkoreksi tipis di awal perdagangan hari ini
Sementara itu, harga minyak Brent di ICE Futures untuk kontrak pengiriman Oktober 2019 turun 0,18% ke level US$ 60,97 per barel di saat yang sama. Adapun dalam sepekan terakhir, harga minyak Brent masih naik 2,74%.
Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menilai, penurunan harga minyak hari ini cukup dipengaruhi oleh aksi ambil untung yang dilakukan para investor. Ini terjadi setelah harga minyak rally cukup signifikan sejak awal pekan.
Dia yakin, tekanan terhadap harga minyak tak akan berlangsung lama. Harga komoditas ini berpeluang bangkit berkat pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa proses negosiasi dagang dengan China akan segera dilanjutkan. China sendiri telah mengatakan tidak akan membalas ancaman kenaikan tarif impor terbaru AS.
Baca Juga: Duh, Produksi Minyak Nasional Terus Terperosok
Selain itu, Rabu (28/8) lalu Energy Information Administration (EIA) merilis data bahwa cadangan minyak mentah AS turun 10 juta barel pada pekan lalu. Ini merupakan level terendah sejak bulan Oktober tahun lalu. Berkurangnya stok minyak AS tentu menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga minyak dalam jangka pendek.
Tak hanya itu, harga minyak dapat kembali memanas akibat adanya bencana Badai Dorian yang melanda kawasan Florida, AS. Mengutip Reuters, para produsen minyak mentah AS akan dirugikan apabila badai tersebut melintasi tempat produksinya di lepas pantai AS.
Produksi minyak pun terancam melambat. “Walau sifatnya tidak terduga, bencana alam juga bisa mempengaruhi harga minyak di pasar global,” terang Yudi.
Baca Juga: Produksi di luar negeri 110.000 bph, Pertamina: Akuisisi cara cepat tambah produksi
Sentimen positif lainnya yang dapat mengangkat kembali harga minyak berasal dari OPEC yang belum mengeluarkan kebijakan terbaru. Dalam hal ini, OPEC masih setia terhadap kebijakannya dalam memangkas produksi minyak dunia.
Dari sisi teknikal, harga minyak bergerak di bawah MA50, MA100, dan MA200. Indikator MACD berada di area positif dengan rentang 0,124—0,206 sehingga mengindikasikan potensi kenaikan harga minyak. Indikator RSI berada di level 22,09 sedangkan Stochastic berada di area oversold.
Yudi memperkirakan, harga minyak akan bergulir di area US$ 55,35—US$ 57,20 per barel pada Senin (2/9) mendatang. Sedangkan untuk sepekan, harga minyak diproyeksikan bergerak di kisaran US$ 54,80—US$ 57,00 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News