Reporter: Dupla Kartini, Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Anda kecewa karena kesulitan berburu sukuk ritel (sukri) seri SR-006? Memang, tak sedikit investor ritel, terutama investor gurem yang gigit jari.
Tengok saja pengalaman salah satu investor ritel asal Pondok Gede, Hendra Suhara. Lantaran tertarik iming-iming kupon 8,75% yang ditawarkan SR-006, ia mengantre membeli instrumen itu di kantor cabang pembantu (KCP) salah satu bank swasta di Pondok Gede Plaza, Selasa (25/2).
Tapi, ia pulang dengan tangan kosong. Pasalnya, ia bukan nasabah prioritas di bank tersebut. "Kalau bukan nasabah prioritas harus mengantre di kantor cabang utama," tuturnya kepada KONTAN, Rabu (26/2).
Kepala Sub Direktorat Pelaksanaan Transaksi Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Wien Irwanto tak menampik ada investor yang mengeluh kesulitan memesan dengan batas minimal pemesanan. Ia mengakui, pernah ada pengaduan bank-bank besar hanya melayani nasabah prioritas. "Lalu, kami tegur. Jadi, kalau ada yang tidak melayani investor, laporkan saja," tandasnya.
Hingga kemarin, permintaan sukri SR-006 yang masuk sudah mencapai Rp 14,8 triliun dari 25.000 investor. Kalau dirata-rata, berarti setiap investor memesan sukri senilai Rp 592 juta.
Pengamat dan praktisi perbankan, Susidarto pun melihat, kelompok menengah atas menjadi prioritas agen penjual. Sementara, nasabah gurem seakan di urutan kedua. "Padahal, seharusnya instrumen ini bisa menjangkau investor yang benar-benar ritel hingga ke pelosok daerah," ujarnya.
Waktu penawaran yang cuma dua minggu itu terbilang singkat, tidak cukup untuk merangkul banyak nasabah ritel untuk memenuhi target. Makanya, bank biasanya mengutamakan penawaran kepada nasabah kakap. Alhasil, kalau satu nasabah saja beli Rp 1 miliar, maka kuota bisa terpenuhi. "Jadi, saat nasabah ritel kecil mau beli, kuota sudah habis," ujarnya.
Tapi, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indoensia (BRI), Muhammad Ali menampik hanya membidik nasabah prioritas. BRI juga menyasar nasabah ritel. "Tapi, memang sebagian besar dibeli nasabah prioritas," ungkapnya.
Direktur Utama OCBC NISP Parwati Surjaudaja juga menyebut, pihaknya menawarkan sukuk ritel dengan porsi berimbang pada investor prioritas dan non prioritas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News