kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dibayangi risiko gagal bayar, permintaan terhadap obligasi korporasi turun


Jumat, 29 Mei 2020 / 20:39 WIB
Dibayangi risiko gagal bayar, permintaan terhadap obligasi korporasi turun
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi virus corona yang banyak menghantam kinerja perusahaan, beberapa perusahaan nyatanya tetap menerbitkan obligasi korporasi. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), tercatat ADMF, WOM Finance, Hartadinata Abadi, hingga Toyota Astra Finance merupakan beberapa di antaranya.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menyebut, dari segi peluang sebenarnya penerbitan obligasi korporasi secara keseluruhan masih cukup terbuka. Hanya saja, dari segi peminat, Fikri menilai permintaan cukup terbatas.

"Dari segi peminatnya memang tetap ada, hanya saja cenderung untuk obligasi dengan rating investment grade. Secara, perusahaan dengan investment grade dari segi risiko jauh lebih terukur," kata Fikri.

Baca Juga: Memilih instrumen investasi obligasi korporasi saat sekarang, simak saran ini

Senada, Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha menilai keberadaan obligasi korporasi sebagai pilihan investasi pada saat ini cenderung kurang menarik. Ia melihat, investor cenderung untuk memegang cash ataupun jika membeli surat utang, obligasi negara akan jauh lebih diburu.

"Dari primary market, demand investor cenderung melemah karena investor lebih berhati-hati. Sementara dari secondary market, obligasi korporasi juga likuiditasnya kurang bagus," ujar Yudha ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (29/5).

Sementara analis Fixed Income MNC Sekuritas Made Adi Saputra menerangkan, sifat obligasi korporasi yang kurang likuid merupakan faktor yang membuat investasi ini menjadi pilihan yang kurang menarik saat ini. Made menilai, investor yang biasa membeli obligasi korporasi, yakni Manajer Investasi (MI) dan perbankan, saat ini justru tengah membutuhkan instrumen yang likuid.

MI disebut akan cenderung hati-hati dalam memilih instrumen karena adanya potensi redemption dari nasabah yang butuh likuiditas. Sementara di sektor perbankan juga terjadi perebutan dana pihak ketiga, yang pada akhirnya membuat bank kecil lebih memilih bank BUKU III dan IV.

Baca Juga: Bayar obligasi yang jatuh tempo, Jasa Marga (JSMR) akan terbitkan obligasi Rp 4,5 T

“Dengan semua investor yang cenderung menjaga likuiditas, maka obligasi korporasi saat ini bukanlah tempat yang tepat untuk menyimpan investasi tersebut,” pungkas Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×