kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45938,96   -24,77   -2.57%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dibayangi potensi penurunan peringkat utang, berikut prospek saham konstruksi BUMN


Selasa, 22 September 2020 / 21:17 WIB
Dibayangi potensi penurunan peringkat utang, berikut prospek saham konstruksi BUMN
ILUSTRASI. Beberapa emiten konstruksi memang kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir pekan lalu, Fitch Ratings merilis laporan yang menyatakan rating headroom perusahaan konstruksi pelat merah, khususnya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) semakin terbatas. Rating headroom mengukur seberapa besar ruang yang dimiliki perusahaan sebelum menghadapi penurunan peringkat. Semakin terbatas rating headroom, maka potensi penurunan peringkat utang makin besar.

Seperti diketahui, pada 19 Agustus 2020 lalu, Fitch Ratings menurunkan peringkat nasional jangka panjang Waskita Karya dari BBB+ (idn) menjadi B (idn). Pada 10 September 2020, Fitch mengubah peringkat nasional jangka panjang Wijaya Karya, dari AA- (idn) menjadi menjadi A (idn).

Merujuk laporan keuangan WSKT per Juni 2020, rasio likuiditas (total aset lancar dibagi total liabilitas jangka pendek) adalah sebesar 100,3%. Angka ini tak jauh berbeda dengan rasio likuiditas WIKA yang sebesar 104,2%. Sementara rasio likuiditasnya emiten konstruksi BUMN lainnya lebih longgar, yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 113,5% dan PT PP Tbk (PTPP) 127,7%.

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA): Kemampuan kami membayar utang masih cukup

Analis Samuel Sekuritas Selvi Ocktaviani menilai, beberapa emiten konstruksi memang kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Meskipun begitu, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

Dari segi pemasukan, perusahaan konstruksi dapat mengupayakan percepatan penerimaan pembayaran dari pemberi proyek untuk menjaga pendapatannya. "Sementara itu, dari sisi pengeluaran seperti utang bank jangka pendek dapat melakukan negosiasi dengan pihak bank untuk memperpanjang tenor dan relaksasi beban bunga," kata Selvi kepada Kontan.co.id, Selasa (22/9).

Apalagi, Selvi melihat bahwa proyek-proyek infrastruktur masih bergulir meski dengan pembatasan tenaga kerja sejalan dengan pelaksanaan protokol Covid-19. "Pemulihan pada konstruksi sudah ada salah satunya dari kinerja anak usaha yang memasok bahan baku precast, contohnya WTON. Utilisasinya sudah mulai naik ke 60%, dari rata-rata 50% pada kuartal II-2020, bahkan sebelumnya sempat di bawah 50%," tutur Selvi.

Baca Juga: IHSG tumbang lagi 1,31% ke 4.934 pada Selasa (22/9), asing masih mencetak net sell

Sejalan dengan belum normalnya bisnis konstruksi, Selvi juga belum melihat prospek yang menarik pada saham-sahamnya meski valuasinya sudah terbilang murah. "Untuk tahun ini, sektor konstruksi belum kami rekomendasikan melihat dampak pandemi cukup berat pada sektor ini," ucap dia.

Selvi memperkirakan, saham konstruksi berpotensi bakal bergerak naik pada tahun depan. Pasalnya, secara fundamental, ada ekspektasi pemulihan ekonomi pada 2021 sehingga kinerja emiten berpeluang meningkat.

Dia memasang target harga 2021 untuk WIKA di Rp 1.600 per sahan, WSKT Rp 600, dan PTPP Rp 1.200 per saham. Sementara ADHI masih dalam proses perhitungan. Per Selasa (22/9), harga saham WIKA berada di level Rp 1.105 per saham, WSKT Rp 525, PTPP Rp 830, ADHI Rp 510 per saham.

Baca Juga: Inilah Sektor Usaha yang Mengalami Dampak Paling Buruk dari Pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×