kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Di tengah turunnya kasus Covid-19, intip rekemondasi saham emiten farmasi


Minggu, 24 Oktober 2021 / 11:08 WIB
Di tengah turunnya kasus Covid-19, intip rekemondasi saham emiten farmasi
ILUSTRASI. Emiten farmasi masih memiliki potensi yang menarik seiring adanya berbagai faktor yang bisa mendongkrak kinerjanya.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meredanya kasus Covid-19 di Indonesia dinilai tidak akan membuat kinerja emiten farmasi ikut meredup. Secara prospek, emiten farmasi masih memiliki potensi yang menarik seiring adanya berbagai faktor yang bisa mendongkrak kinerjanya.

Analis Phillip Sekuritas Helen mengungkapkan industri farmasi masih memiliki prospek yang menarik meskipun penyebaran Covid-19 sudah berangsur membaik. Ia melihat masih banyak katalis positif yang bisa mendukung kinerja emiten farmasi ke depan. 

Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang besar pada akhirnya akan membuat permintaan terhadap obat-obatan juga besar. Apalagi, pasar farmasi Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asean sehingga menjadikannya memiliki prospek yang menarik.

“Perlu diketahui juga bahwa pandemi Covid-19 membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Alhasil, konsumsi suplemen dan vitamin sebagai tindakan preventif juga akan semakin marak,” terang Helen kepada Kontan.co.id, Jumat (22/10).

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) jadi top pick Panin Sekuritas pada sektor farmasi

Di satu sisi, Helen melihat bahwa semakin meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia pada akhirnya akan berbanding lurus terhadap permintaan produk kesehatan. Ia juga memperkirakan penyakit kronis akan semakin meningkat ke depannya karena gaya hidup yang kurang sehat dari sebagian masyarakat. 

Menurutnya, berbagai faktor tersebut bisa menjadi katalis positif untuk menyokong kinerja emiten farmasi ke depan. Namun, ia melihat salah satu katalis negatif yang bisa jadi penghambat kinerja emiten farmasi adalah persoalan bahan baku.

“Mayoritas bahan baku obat-obatan masih mengandalkan impor. Sehingga faktor nilai tukar ke depan jika mengalami pelemahan bisa menekan kinerja emiten farmasi,” imbuh Helen.

Baca Juga: Pascapuncak pandemi, nilai piutang restrukturisasi BFI Finance turun jadi 14,8%

Untuk saat ini, Helen menyebut PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) sebagai saham emiten farmasi yang bisa dijadikan pilihan. 

Sementara itu analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin dalam risetnya pada 4 Oktober menuliskan, KLBF telah mengeluarkan produk onkologi dan biologi guna memperkuat segmen produk spesialnya. Selain itu, KLBF juga memperkuat portofolio produknya dengan membuat produk vitamin, suplemen, dan herbalnya memiliki value lebih maupun jadi lebih terjangkau.

Mimi juga melihat meningkatnya permintaan terhadap ketiga produk tersebut seiring kesadaran akan kesehatan yang membaik akan mendorong kinerjanya. Apalagi, KLBF juga terus memperkuat posisinya melalui ekspansi layanan digital seperti KlikDokter dan KALCare.

Sementara Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas dalam risetnya pada 19 Oktober menyebutkan, SIDO memiliki fundamental yang kuat seiring memiliki neraca yang sehat serta punya kas bersih Rp 825 miliar. Hal tersebut memungkinkan SIDO untuk membagikan lebih dari 90% rasio pembayaran dividen sembari tetap mempertahankan opsi untuk ekspansi anorganik. 

Di satu sisi, segmen produk herbal, suplemen, dan minuman milik SIDO juga punya potensi untuk terus tumbuh. Apalagi, produk SIDO seperti Tolak Angin dan Kuku Bima, produk Vitamin C dan Minuman Jahe (Kopi Jahe, Susu Jahe) diharapkan penjualannya meningkat pada kuartal IV-2021 yang menandai datangnya musim penghujan.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham beberapa saham yang bakal rights issue ini

Berikut rekomendasi saham emiten farmasi:

1. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

KLBF diyakini punya prospek maupun kondisi fundamental yang solid. Hal ini didukung oleh neraca yang solid, lalu inisiatif terkait pengembangan berbagai produk terkait dengan Covid-19 dari obat-obatan hingga vaksin yang berpotensi menjadi sumber pendapatan baru ke depan. Di satu sisi, kinerja KLBF juga tumbuh tinggi khususnya pada segmen logistik dan distribusi.

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya merekomendasikan beli saham KLBF dengan target harga Rp 1.850 per saham

2. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

SIDO memiliki fundamental yang kuat seiring memiliki neraca yang sehat serta punya kas bersih Rp 825 miliar. Hal tersebut memungkinkan SIDO untuk membagikan lebih dari 90% rasio pembayaran dividen sembari tetap mempertahankan opsi untuk ekspansi anorganik. Segmen produk herbal, suplemen, dan minuman milik SIDO juga punya potensi untuk terus tumbuh. 

Analis Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy merekomendasikan untuk beli saham SIDO dengan target harga Rp 955 per saham. 

Baca Juga: Bagaimana prospek saham emiten pakan ternak di akhir tahun? Simak penjelasan analis

3. PT Kimia Farma Tbk (KAEF)

Salah satu fokus KAEF saat ini adalah terus mengembangkan segmen ritel farmasi, klinik kesehatan dan laboratorium diagnostik melalui anak usahanya, PT Kimia Farma Apotek (KFA). Tercatat, KFA melalui segmen apotek telah memberikan kontribusi sebesar 40,26% terhadap pendapatan. Sedangkan segmen klinik dan lab memberikan kontribusi sebesar 12,76%.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki melihat saham KAEF saat ini memperlihatkan munculnya hammer candle dengan indikator stochastic yang berpotensi golden cross. Namun, indikator RSI melemah dengan volume perdagangan yang menurun. Ia pun merekomendasikan untuk buy on weakness dengan target harga Rp 2.500 per saham

4. PT Indofarma Tbk (INAF)

Pada semester pertama 2021, INAF catatkan kenaikan pendapatan 90% menjadi Rp 849,32 miliar. Penjualan obat-obatan dan alat kesehatan yang berkaitan dengan Covid-19 jadi faktor yang mendongkrak kinerja INAF. Saat ini fokus INAF adalah melakukan kebijakan turn around management yang berfokus pada pengembangan portofolio produk dan bisnis, peningkatan SDM, dan optimalisasi kegiatan operasional guna terus mendongkrak kinerja ke depan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan INAF masih rawan untuk terkoreksi, hal ini nampak dari posisi MACD yang dead cross ditambah dengan pergerakan stochastic yang masih menunjukkan koreksi dari area netral ke area oversold. Ia pun merekomendasikan untuk speculation buy dengan target harga Rp 2.530 per saham.

Baca Juga: Kata para analis atas kinerja Unilever (UNVR) pada kuartal III-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×