kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tengah hantaman corona, pilih saham IPO atau saham bigcaps?


Selasa, 03 Maret 2020 / 19:26 WIB
Di tengah hantaman corona, pilih saham IPO atau saham bigcaps?
ILUSTRASI. Karyawan menggunakan masker melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (2/3). Terkait penurunan indeks dan antisipasi virus corona BEI mulai hari Senin kemarin mencabut daftar efek short selling sampai dengan batas wak


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, Selasa (3/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 2,94% ke level 5.518,628. Meski demikian, secara year-to-date, kinerja IHSG masih minus 12,40%.

Namun, kondisi pasar yang berkinerja kurang oke tidak menyurutkan langkah beberapa emiten untuk menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).

Kepada awak media, Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan, BEI belum menerima informasi apapun terkait penundaan rencana IPO calon emiten.

Baca Juga: Gelar IPO, Makmur Berkah Amanda pasang harga penawaran Rp 110 per saham

Sejauh ini, BEI telah mengantongi 24 perusahaan yang masuk dalam pipeline IPO BEI.

"Dari 24 perusahaan yang sudah submit dokumen, sampai saat ini kami belum menerima informasi apapun terkait penundaan," kata dia di Gedung BEI, Jakarta, kemarin (2/3).

Bulan ini, terdapat beberapa emiten yang dijadwalkan akan melantai di Bursa Efek Indonesia. Sebut saja PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk (BESS) yang akan melepas 700 juta lembar saham baru dengan harga per saham Rp 105. BESS akan melantai di BEI pada 9 Maret 2020 mendatang.

Selain itu, PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) juga akan mencatatkan sahamnya di papan bursa pada 9 Maret 2020. ESTA melepas 200 juta lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham.

Lantas, di tengah gejolak bursa saat ini, apakah investor mulai bisa melirik saham-saham yang bakal IPO?

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, saham-saham emiten yang baru IPO cukup sulit untuk diprediksi. Ditambah, kondisi pasar saat ini yang penuh dengan gejolak.

Ia mengatakan, sebaiknya investor mencermati historis kinerja keuangan dari emiten bersangkutan. Selain itu, penting pula bagi investor untuk mencermati sektor bisnis yang digeluti emiten tesebut.

“Jika tipe investornya jangka panjang sih tidak masalah dan prospek di sektor saham bersangkutan bagus, tidak masalah beli. Tapi biasanya bagi para spekulan saham IPO akan menjadi incaran.” terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (3/3).

Ia menilai, saham-saham di luar sektor pertambangan masih cukup menarik untuk dilirik. Investor tinggal menunggu momentum yang tepat untuk masuk ke saham-saham tersebut.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai, ada beberapa sektor yang berpotensi menguat di tengah pelemahan indeks. Dessy bilang, saham-saham defensif tersebut antara lain sektor fast moving consumer goods (FMCG), farmasi, rumah sakit, dan tambang logam (metal mining).

Adapun saham-saham yang bisa dicermati adalah saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Dus, strategi yang bisa dilakukan investor adalah melakukan akumulasi beli dengan memanfaatkan pelemahan indeks saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×