Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham berhasil menorehkan rata-rata imbal hasil tertinggi dibanding jenis reksadana lainnya sepanjang tahun lalu. Sebagaimana tercermin dari pergerakan Infovesta Equity Fund Index, reksadana saham mencetak imbal hasil rata-rata sebesar 11,25% tahun lalu.
Sebelumnya, kinerja reksadana saham selalu kalah dari reksadana pendapatan tetap. Namun, di pengujung tahun, imbal hasil reksadana saham melesat meninggalkan jenis reksadana lainnya.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, indeks reksadana saham berhasil unggul didorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 6,78% sepanjang Desember lalu. Indeks reksadana saham mengekor dengan kenaikan 5,46% di periode yang sama.
Hal inilah yang mendorong kinerja reksadana selama setahun. "Karena saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar memang naik tinggi maka IHSG dan reksadana saham ikut naik," kata Wawan, Selasa (2/1). Saham berkapitalisasi besar bisa mencetak kinerja positif juga karena window dressing.
Sebagai pembanding, rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap mencapai 10,72% sepanjang tahun lalu. Sementara reksadana campuran membukukan return rata-rata 9,52%. Sedang return rata-rata reksadana pasar uang mencapai 4,48%.
Investment Director Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menambahkan kinerja reksadana saham unggul karena mengikuti kinerja saham global yang juga naik. "Hampir semua indeks saham dunia naik banyak di Desember 2017, jadi kita mengikuti global juga," kata Jemmy.
Faktor dalam negeri juga mendukung kinerja reksadana saham menguat. Salah satunya adalah laporan keuangan emiten sektor keuangan dan konsumer yang positif, imbas ekonomi yang membaik.
Saham-saham dengan bobot besar di IHSG, seperti saham Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Gudang Garam (GGRM) dan Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP) naik signifikan di akhir tahun. Banyak reksadana saham memasukkan saham-saham tersebut dalam portofolio.
Jemmy menganalisis tahun ini IHSG tumbuh sekitar 6%-8%, lebih rendah dari tahun lalu. Ini karena adanya pemilihan kepala daerah tahun ini. Biasanya peristiwa politik bisa mempengaruhi bursa saham. "Saya masih optimistis IHSG bisa sentuh level 7.000, tetapi kemungkinan bisa ada turun dulu pada waktu second half," kata Jemmy.
Toh Jemmy yakin kinerja reksadana akan positif. Ia memprediksikan, reksadana Sucorinvest Equity Fund racikannya bisa mencetak imbal hasil 20%. Return Sucorinvest Equity Fund sepanjang 2017 mencapai 26,39%.
Di 2018, Wawan menilai reksadana saham bisa kembali unggul. Apalagi, kinerja reksadana pendapatan tetap akan tertahan karena terbatasnya potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia tahun ini. "Bahkan suku bunga bisa naik kalau benar The Fed menaikkan suku bunga tiga kali. Faktor ini bisa menahan kinerja reksadana pendapatan tetap," kata Wawan.
Wawan memprediksi rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap pada tahun ini sekitar 6%-7%. Sementara, IHSG diperkirakan bisa tumbuh 10%. "Kalau kita lihat di November 2017, rata-rata reksadana saham bisa mengekor IHSG, maka target imbal hasil reksadana saham juga 10%," kata Wawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News