Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten berkapitalisasi pasar besar tercatat melorot. Beberapa di antaranya menjadi saham pemberat IHSG atau saham laggard. Mengutip catatan Bursa Efek Indonesia, Kamis (25/3), sepanjang bulan Maret 2021 terdapat dua emiten berkapitalisasi jumbo yang menyeret IHSG yakni BBCA dan UNVR.
Harga saham BBCA melorot 5,1% sepanjang bulan ini menjadi Rp 31.850. Asal tahu saja, kapitalisasi pasar BBCA mencapai 10,78% dari total kapitalisasi bursa atau setara Rp 777 triliun. Sehingga, tidak mengherankan jika saham ini menekan IHSG paling signifikan hingga 35,3 poin.
Sementara itu, harga saham UNVR turun hingga 5,0% sepanjang Maret 2021 menjadi Rp 6.650. Kapitalisasi pasar UNVR tercatat Rp 254 triliun atau setara 3,5% dari total kapitalisasi bursa. Adapun UNVR telah menekan IHSG hingga 11,4 poin.
Baca Juga: Indeks sektor properti masih melemah sejak awal tahun, ini rekomendasi dari analis
Jika dilihat sejak awal tahun, kedua saham itu juga tergolong sebagai saham laggard. Secara year to date (ytd), BBCA menyeret IHSG hingga 41,7 poin dan UNVR memberatkan IHSG hingga 23,0 poin.
Selain kedua emiten di atas, ada saham big cap lain yang mengikis IHSG yakni ASII dan HMSP. ASII dengan kapitalisasi pasar Rp 221 triliun menekan IHSG hingga 19,9 poin. Adapun harga sahamnya tercatat menurun 9,5% ytd menjadi Rp 5.450.
Tidak jauh berbeda, harga saham HMSP telah menurun hingga 8,6% ytd menjadi Rp 1.375. Emiten berkapitalisasi pasar Rp 160 triliun itu memberatkan IHSG hingga 13,2 poin.
Analis Philip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan, mayoritas saham-saham jumbo yang mengikis IHSG itu mengalami aksi jual bersih (net sell) investor asing yang cukup besar. Di sisi lain, fenomena kenaikan yield Amerika Serikat (AS) memperderas outflow.
Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal saham AGRO, DGNS, dan SRTG untuk perdagangan Jumat (26/3)
"Ketika asing outflow, memang saham-saham big cap yang menjadi incaran karena mereka proxy terdekat dengan IHSG dan juga likuiditasnya sangat tinggi," ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Kamis (25/3).
Walaupun telah menyeret IHSG, secara umum saham-saham jumbo itu masih memiliki prospek yang baik. Mengingat, ada sentimen positif berupa pemulihan ekonomi di kuartal II. Di sisi lain, ada harapan kondisi semakin baik ketika fenomena yield AS mereda.
"Sehingga pasar akan fokus kembali ke fundamental emiten, pemulihan ekonomi, dan perkembangan vaksinasi," imbuhnya.
Akan tetapi investor disarankan tetap selektif, mengingat beberapa saham jumbo masih dibayang-bayangi sentimen negatif. Misalnya, HMSP yang kinerjanya akan berat karena cukai rokok. Ini mendorong konsumen beralih ke harga rokok yang lebih murah.
Baca Juga: Pergerakan IHSG dibayangi sentimen global, termasuk ancaman krisis mata uang
Sementara untuk UNVR juga perlu diperhatikan pertumbuhannya ke depan, mengingat P/E dan P/B cenderung tinggi di industrinya.
Oleh karena itu, di antara saham-saham jumbo, Zamzami lebih memilih BBCA dengan target harga konsensus Rp 38,175 dan ASII dengan target harga konsensus Rp 6.820.
Asal tahu saja, sebenarnya valuasi saham berkapitalisasi besar itu masih menarik. Dilihat dari price multiple seperti P/E atau P/B, relatif masih di bawah rata-rata lima tahun terakhir kecuali BBCA. Akan tetapi, BBCA masih dijagokan karena memang biasa bergerak di valuasi premium.
Selanjutnya: Loyo lagi, begini prediksi IHSG pada Jumat (26/3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News