CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.264   -119,68   -1,62%
  • KOMPAS100 1.120   -18,39   -1,62%
  • LQ45 890   -11,77   -1,31%
  • ISSI 220   -4,07   -1,81%
  • IDX30 459   -4,59   -0,99%
  • IDXHIDIV20 556   -4,45   -0,79%
  • IDX80 129   -1,75   -1,35%
  • IDXV30 139   -0,05   -0,04%
  • IDXQ30 154   -1,21   -0,78%

Demo UU Pilkada Belum Kelar, Rupiah Berpotensi Melemah Lagi ke Rp 15.700 Per Dolar AS


Kamis, 22 Agustus 2024 / 19:08 WIB
Demo UU Pilkada Belum Kelar, Rupiah Berpotensi Melemah Lagi ke Rp 15.700 Per Dolar AS
ILUSTRASI. Proyeksi rupiah untuk perdagangan akhir pekan ini


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Demonstrasi terkait revisi Undang-Undang Pilkada menghempaskan rupiah dari posisi di bawah Rp 15.500 per dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda dilanda aksi profit taking sejalan dengan investor yang tengah menanti pidato ketua Federal Reserve di akhir pekan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (22/8), rupiah spot melemah 0,64% dari level kemarin ke level Rp 15.600 per dolar AS. Sejalan dengan pergerakan di pasar spot, rupiah Jisdor melemah 0,79% dari level kemarin ke level Rp 15.579 per dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin melihat, rupiah jatuh di perdagangan hari ini menyusul ketegangan politik dalam negeri yang memanas. Akibatnya, banyak investor terpantau melakukan aksi ambil untung (profit taking) terhadap rupiah.

Investor terlihat melakukan perburuan dolar di tengah aksi demo mahasiswa dan buruh di depan Gedung DPR/MPR pada hari ini, Kamis (22/8). Ini sebagai wujud protes atas keputusan DPR terkait Revisi UU Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada).

Baca Juga: Kisruh Politik, Rupiah Paling Jeblok di Asia pada Hari Ini, Kamis (22/8)

“Rupiah terhempas di tengah gejolak politik dalam negeri yang memanas, sehingga membuat dolar berbalik menguat terhadap rupiah,” jelas Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (22/8).

Alhasil, Nanang menuturkan, rupiah harus rela melemah sekitar 0.75% ke posisi Rp 15.595 per dolar AS. Namun demikian, pelemahan rupiah kali ini dinilai wajar pasca penguatan agresif dalam 3 hari sebelumnya.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati, pelemahan rupiah hari ini sejalan dengan dolar yang berbalik menguat (rebound) dari posisi terendah tujuh bulan. Pelemahan dolar terjadi di tengah meningkatnya taruhan pada pemangkasan suku bunga September.

Revisi tajam ke bawah pada data penggajian AS untuk tahun hingga Maret 2024 semakin memperkuat alasan untuk penurunan suku bunga. Namun, revisi tersebut juga memicu kekhawatiran baru bahwa pasar tenaga kerja yang melambat menandakan resesi AS, terutama karena data penggajian untuk beberapa bulan terakhir juga menunjukkan pelemahan.

“Fokus sekarang tertuju pada pidato Ketua Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole pada hari Jumat besok, untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi,” kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (22/8)

Selain itu, risiko geopolitik juga tetap menjadi pusat perhatian investor. Perjalanan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Timur Tengah awal minggu ini berakhir tanpa kesepakatan antara Israel dan militan Hamas mengenai gencatan senjata

Dari domestik, Ibrahim turut mencermati bahwa rupiah tertekan adanya demontrasi terkait revisi Undang - Undang Pilkada. Pembangkangan DPR terhadap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) disebut sebagai kesalahan fatal.

Seperti diberitakan sebelumnya, DPR melalui Badan Legislasi berupaya menganulir putusan MK tentang ambang batas pencalonan dan usia kandidat Pilkada melalui revisi UU Pilkada yang pembahasannya dikebut pada Rabu, (21/8).

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.579 per Dolar AS, Kamis (22/8)

Delapan dari sembilan fraksi di DPR sepakat untuk hanya menerapkan sebagian putusan Mahkamah Konstitusi terkait syarat pencalonan kepala daerah pada rancangan perubahan UU Pilkada. Keputusan yang diambil dalam rapat kerja di Badan Legislasi DPR pada Rabu itu dianggap sebagai sebuah “pembangkangan” yang akan menghasilkan proses “demokrasi palsu” dalam pilkada 2024.

“Walhasil, sikap DPR memicu gelombang aksi massa di berbagai daerah. Hal itu menjadi sentimen negatif terhadap mata uang garuda,” imbuh Ibrahim.

Ibrahim berujar, seharusnya DPR dan pemerintah membangun iklim investasi yang kondusif, transparan, dan terukur. Sebab, pelaku usaha akan memasukkan risiko politik dalam perencanaan ekspansi bisnis mereka.

Menurut Nanang, bila aksi demo terkait Pilkada ini berjalan kondusif diperkirakan pergerakan rupiah masih bisa menguat kembali. Hanya saja, sebagian pelaku pasar menilai aksi perburuan dolar akan terjadi kembali jelang pertemuan Jackson Hole Symposium dengan pidato Jerome Powell besok malam.

Sentimen demo terhadap Revisi UU Pilkada sifatnya jangka pendek karena investor asing pun melihat ini situasional. Namun investor terlihat berhati-hati jelang pernyataan Powell dalam pertemuan Jackson di Jumat malamnya.

“Bila aksi demo berjalan baik dan bila berlanjutnya aksi demo hingga besok, maka rupiah masih dibayangi sentimen negatif. Waspadai rupiah bisa kembali 15.700,” sebut Nanang.

Adapun rapat paripurna DPR untuk pengesahan RUU Pilkada memutuskan untuk ditunda, pada Kamis (22/8). Penundaan tersebut karena jumlah anggota legislatif yang hadir tidak memenuhi batas minimum atau kuorum.

Sementara itu, Nanang menambahkan, pernyataan yang menekankan bahwa perlu ada pemangkasan suku bunga dimulai September dan pertemuan berikutnya bisa membawa dolar kembali melemah. Hal itu karena dolar tengah dihadapkan pada ancaman penurunan angka ketenagakerjaan dan membuat Fed harus melakukan normalisasi kebijakan moneternya.

Nanang memprediksi, Rupiah di akhir pekan akan berada dalam rentang harga Rp 15.550 - 15.700 per dolar AS di Jumat (23/8). Sedangkan, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan ditutup melemah di rentang Rp 15.590 – Rp 15.650 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×