Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Harga komoditas batubara beranjak naik. Meski sempat terkoreksi selama beberapa hari terakhir, tetapi memasuki pekan ini, harga emas hitam itu berhasil menyentuh level US$ 95 per metrik ton. Rupanya, defisit pasokan yang semakin melebar menjadi sentimen positif yang menopang harga.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (5/9), harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2017 di ICE Futures Exchange naik 1,28% ke level US$ 95,10 per metrik ton. Jika dibandingkan pekan sebelumnya, harganya masih menguat 1,06%.
Ancaman defisit datang dari dua produsen besar, yaitu China dan Australia. Selain menekan pasokan batubara global, dua negara tersebut saat ini terancam mengalami kekurangan listrik. Tak menutup kemungkinan pemadaman akan dilakukan pada beberapa wilayah tertentu.
“Kalau China membatasi jam kerja itu untuk mengurangi kecelakaan kerja. Provinsi Shanxi merupakan salah satu wilayah yang paling sering terjadi kecelakaan kerja,” ungkap Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoints Futures kepada Kontan, Rabu (6/9).
Walaupun dibatasi, sejatinya produksi batubara negeri Tirai Bambu itu masih tetap tumbuh. Selama Januari-Juli, pasokan batubara China tumbuh 5,4%. Hanya saja, permintaan batubara dari sektor pembangkit listrik juga meningkat 6,8%, sehingga pasokan tetap minim.
Sementara di Australia, Australian Energy Market Operator (AEMO) baru saja melaporkan bahwa penyedia listrik tengah berusaha membuat cadangan strategis 1.000 megawatt demi menutup kekurangan pasokan. Defisit batubara semakin diperparah dengan rencana produsen listrik terbesar di Australia AGL Energy untuk menutup pembangkit listrik Liddell pada tahun 2022.
“Kalau liat sentimen itu, batubara masih bullish,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News