Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan volume transaksi Perdagangan Karbon Internasional sebesar 41,822 ton setara CO2 alias tCO2e di hari pertama peresmiannya, Senin (20/1).
Asal tahu saja, BEI hari ini resmi meluncurkan Perdagangan Karbon Internasional pertama melalui Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon).
Dari total transaksi yang tercatat itu, ada lima proyek, sembilan pengguna jasa, dan sembilan pembeli dalam Perdagangan Karbon Internasional.
Harga Authorized Indonesian Tech Based Solution atau IDTBSA sebesar Rp 96.000, serta Authorized Indonesian Tech Based Solution Renewable Energy atau IDTBSA-RE sebesar Rp 144.000. Kedua produk tersebut bisa dibeli oleh investor lokal dan asing.
“Harga tersebut lebih tinggi dari harga sebelumnya, yaitu Rp 59.200,” ujar Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dalam konferensi pers Inagurasi Perdagangan Karbon Internasional di Gedung BEI, Senin (20/1).
Baca Juga: BEI Targetkan Kenaikan Volume Transaksi Bursa Karbon Hingga 750.000 tCO2e di 2025
Untuk membeli karbon di IDXCarbon, pembeli harus mendaftar menjadi anggota pengguna jasa. Cara kedua, pembeli juga bisa melakukan pembeliannya melalui pengguna jasa yang sudah tercatat di IDXCarbon.
Menurut Iman, cara kedua telah dilakukan oleh beberapa investor asing akibat jadwal perilisan yang cukup pendek.
“Ini bukti kesiapan sistem IDXCarbon dalam melaksanakan amanah dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Lingkungan Hidup,” ungkapnya.
Adapun berdasarkan data IDXCarbon, sepanjang periode 26 September 2023 - 17 Januari 2024, volume Perdagangan IDXCarbon sebesar 1,131 juta tCO2e. Nilai Perdagangan tercatat Rp 58,868 miliar, 6 Project Listed Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), dan 104 pengguna jasa.
Iman menuturkan, raihan itu didorong oleh kontribusi dari perusahaan-perusahan yang terdaftar di BEI dan anak perusahaannya, yang menyumbang sekitar 83% dari total volume perdagangan karbon.
Namun, BEI belum bisa menyampaikan dari mana saja asal negara pembeli utama dalam perdagangan karbon internasional. Sebab, BEI tak bisa melihat secara langsung datanya lantaran sebagian besar dari mereka melakukan pembelian lewat investor domestik.
“Diharapkan perusahaan-perusahaan ini akan terus menjadi contoh, serta menginspirasi perusahaan dan bisnis lain di Indonesia untuk berpartisipasi secara aktif di IDXCarbon,” paparnya.
Baca Juga: Indonesia Siap Memulai Perdagangan Karbon Internasional
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, iklim perdagangan karbon internasional dilakukan dalam rangka pencapaian net zero emission (NZE) Indonesia.
“Pada prinsipnya, ini upaya kita semua untuk membangun permintaan dan penawaran pasar menuju ke NZE,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Hanif menuturkan, Kementerian Lingkungan Hidup sudah menerbitkan 5 juta tCO2e sertifikat Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI). Namun, yang dipasarkan baru sekitar 1,78 juta tCO2e SRN-PPI.
“SRN-PPI ini telah berintegrasi telah interoperabilitas dengan bursa karbon yang diawasi oleh OJK,” paparnya.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, pihaknya menyambut gembira peluncuran produk-produk pengurangan emisi karbon. Sejumlah instrumen tersebut diharapkan bisa mengundang transaksi dan investasi dari pihak internasional.
“Peluncuran Perdagangan Karbon Internasional mencatatkan sejarah baru bagi IDXCarbon. Lebih penting lagi, ini menjadi kontribusi Indonesia kepada global mengenai komitmen dalam menghadapi dan mengatasi perubahan iklim,” paparnya dalam kesempatan yang sama.
Menurut Mahendra, OJK juga menyambut baik dan siap mendukung semua langkah-langkah yang dilakukan oleh kementerian dan lembaga lain untuk produk pengurangan emisi karbon yang akan diperdagangkan di Bursa Karbon.
Termasuk, produk dari sektor lain, seperti sektor kehutanan dan tata lahan alias forestry and land use (FOLU). Asal tahu saja, saat ini, produk yang diterbitkan saat ini masih berasal dari sektor energi.
Berkaitan dengan kesiapan di bursa karbon, kata Mahendra, OJK telah melaksanakan seluruh langkah untuk pengaturan dalam rangka pengawasan serta pemantauan yang sudah selesai diterbitkan dan diimplementasikan.
“Sedangkan untuk infrastruktur ke depan, itu akan dilakukan dengan seksama oleh Bursa Karbon Indonesia, termasuk sistem pencatatan yang berbasis blockchain,” katanya.
Alhasil, semua yang ada dalam infrastruktur bursa karbon yang ada di Indonesia sudah memiliki standar. Keberadaannya pun sejajar dengan bursa-bursa karbon serupa di internasional.
“Untuk itu, segi keandalan dan juga reliability-nya akan kami junjung tinggi, sehingga tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan bagi proses transaksi itu sendiri,” ungkapnya.
Selanjutnya: Promo Alfamart Paling Murah Sejagat s/d 23 Januari 2025, Mamy Poko Diskon Rp 10.600
Menarik Dibaca: Promo Alfamart Paling Murah Sejagat s/d 23 Januari 2025, Mamy Poko Diskon Rp 10.600
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News