Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus bertambah. Berdasarkan data BEI, Hingga 30 Desember 2021, terdapat 54 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga sebanyak 766 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI.
Total fund raised IPO saham mencapai Rp 62,61 triliun, naik sebesar 1.022,35% dibandingkan dengan tahun 2020.
Pada tahun ini, beberapa perusahaan juga telah bersiap melantai di BEI yakni, PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) yang bergerak pada sektor otomotif kendaraan bekas. Lalu, PT Semacon Integrated Tbk (SEMA) yang bergerak pada penyediaan panel listrik, perakitan baterai listrik dan energi terbarukan.
Selanjutnya, PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT) yang bergerak di bidang perdagangan besar logam untuk bahan konstruksi, terutama mur dan baut.
Baca Juga: Aksi IPO Diprediksi Ramai, Pertumbuhan Bisnis Sekuritas Diramal Berlanjut Tahun Ini
Analis Binaartha Sekuritas, Lingga Pratiwi menilai kehadiran emiten-emiten baru bisa membawa optimis baru bagi pergerakan IHSG yang mendorong peningkatan investasi, baik secara nilai maupun jumlah investor. Hanya saja, ia menegaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, tujuan investasi yang jelas dengan memperhatikan prospek bisnis dan valuasinya. Lalu, mengukur saham tersebut lebih digerakan oleh sentimen saja atau memang memiliki prospek bisnis yang terukur dan memiliki peluang di waktu berjalan.
Menurutnya, saham IPO berpotensi menguat di beberapa hari setelah masuk pasar sekunder. "Namun, memang umumnya rentan terhadap aksi profit taking," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (5/1).
Selain swasta, beberapa perusahaan plat merah juga akan melantai di BEI. Lingga menanggapi bahwa saham apa aja, termasuk saham BUMN, selama tujuan dan potensinya bagus maka prospek bisnisnya juga bagus.
Baca Juga: IPO PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT), Ada Bonus Waran Buat Investor
"Itu mencerminkan harga saham tersebut di luar antusias pelaku pasar, kecuali jika pelaku pasar terlalu euforia maka pasti menyebabkan harga market bisa naik drastis juga," lanjutnya.
Hanya saja, secara umum dia menilai perusahaan sektor-sektor perbankan dan konsumer yang justru akan lebih diuntungkan melihat kondisi saat ini. Lingga menjelaskan perbankan dengan pemulihan ekonomi diharapkan perbankan juga dapat memberikan kredit lebih masif, dan rendah restrukturisasi, kualitas asset semakin membaik.
Sementara, untuk sektor konsumer indeks kepercayaan konsumen telah mulai mencapai kembali di atas level 100pt pada Oktober 2021 (113,4pt) setelah menunjukkan pesimisme pada bulan Juli (80.2pt), Agustus (77,3pt), dan September (95.5pt).
"Kami percaya bahwa indeks masih dapat membaik lebih lanjut seiring dengan optimisme yang lebih tinggi terhadap kondisi pemulihan ekonomi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News