Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Permasalahan utang PT Davomas Abadi Tbk (DAVO) sudah tuntas. Kini, emiten pengolahan kakao ini akan kembali fokus pada bisnisnya. Tidak tanggung-tanggung, manajemen membidik target lumayan tinggi untuk kinerjanya tahun depan.
"Tahun depan, pendapatan kami bisa mencapai Rp 700 miliar," kata Hasiem Willy, Corporate Secretary DAVO, (27/12).
Hingga kuartal III 2013, DAVO membukukan pendapatan Rp 452,1 miliar. Jika mengacu pada target tersebut, artinya pendapatan DAVO tahun depan diproyeksikan naik sekitar 50%.
Manajemen bilang, pihaknya akan meningkatkan kapasitas produksi perusahaan. Caranya, utilisasi pabrik yang selama ini baru terpakai 14% akan ditingkatkan menjadi 20% tahun depan dan terus akan ditingkatkan secara bertahap.
Catatan saja, masih menggunakan pembukuan periode yang sama, volume produksi DAVO 23.792 ton, turun 73,12% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 88.664 ton. Adapun volume penjualannya turun 40,12 % menjadi 15.850 ton dari sebelumnya 26.472 ton.
Hanya saja, produk utama DAVO adalah olahan kakao yang juga merupakan barang dagangan komoditas. Karena komoditas, maka harganya pun mengikuti fluktuasi harga komoditas global yang bisa saja harganya menyentuh level terendah.
Torehan laba bersih DAVO per kuartal III 2013 saja lebih dipicu oleh laba selisih kurs senilai Rp 432,3 miliar. Sementara, laba kotor murni dari hasil penjualan hanya Rp 5,6 miliar.
Menanggapi hal tersebut, manajemen akan menjalankan beberapa strategi khusus yang selama ini belum pernah dijalankan. Pertama, manajemen akan memberlakukan down payment (DP). DAVO juga akan menerapkan Longterm Contract dan Secured Payment.
Terakhir dan yang paling krusial untuk menghadapi fluktuasi harga, manajemen akan menerapkan lindung nilai atau hedging. Sayang, Hasiem masih enggan merinci mekanisme hedging yang digunakan.
"Masih kami kaji, ya. Soalnya, biaya yang diperlukan untuk hedging cukup tinggi," pungkas Hasiem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News