Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Padahal, bursa saham telah rebound tajam sejak akhir Maret yang terpapar usai aksi jual akibat dampak pandemi virus corona. Kala itu, penguatan bursa saham AS dibantu oleh stimulus moneter dan fiskal besar-besaran yang dikeluarkan pemerintah AS.
"Kami sedang menghadapi reli yang sangat rapuh," kata Michael Purves, Chief Executive Officer di Tallbacken Capital Advisors. "Menjual ke penutupan tidak membuatmu merasa baik."
Sentimen dari laporan tenaga kerja AS bulan April, di mana terdapat 20,24 juta pekerja sektor swasta di AS yang kehilangan pekerja menjadi dampak paling nyata dari ganasnya pandemi virus corona terhadap ekonomi.
Laporan yang lebih komprehensif dari Departemen Tenaga Kerja AS baru akan keluar pada Jumat (8/5).
Baca Juga: Corona di Amerika: Total 1.193.813 kasus virus corona, 70.802 kematian
Investor kini juga mengamati upaya sejumlah negara untuk melakukan pelonggaran kebijakan guna memerangi dampak ekonomi dari pandemi virus corona.
"Negara dapat menyatakan diri kembali membuka perekonomian, tetapi jika masyarakat tidak nyaman untuk keluar dari rumah mereka, maka mereka tidak akan melakukan apa pun," kata Willie Delwiche, ahli strategi investasi di Baird di Milwaukee.
"Bukti aktivitas yang dilanjutkan kembali sama pentingnya dengan pernyataan yang menyatakan diri terbuka," lanjut dia.
Baca Juga: China minta AS: Tangani urusan dalam negeri dengan benar lebih dulu
Saham General Motors Co berhasil naik 3,0% setelah produsen mobil tersebut mampu melampaui ekspektasi laba kuartal pertama dan menguraikan rencana untuk kembali membuka pabriknya yang berada di Amerika Uatara pada 18 Mei mendatang.
Tetapi, saham Occidental Petroleum Corp turun 12,5% setelah perusahaan mengatakan sedang mencari cara untuk meningkatkan uang tunai atau menukar utang untuk saham, sehari setelah itu membukukan kerugian kuartal pertama yang besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News