kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data Inflasi AS Bikin Bursa Asia Rontok pada Senin (13/6)


Senin, 13 Juni 2022 / 20:17 WIB
Data Inflasi AS Bikin Bursa Asia Rontok pada Senin (13/6)
ILUSTRASI. Sejumlah indeks saham di Asia kompak terjerembap di zona merah pada penutupan perdagangan Senin (13/6).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah indeks saham di Asia kompak terjerembap di zona merah pada penutupan perdagangan Senin (13/6). Pelemahan tertinggi dicatatkan oleh Hang Seng Index Hong Kong yang terkoreksi 3,39%, disusul  Nikkei 225 Index Tokyo yang melemah 3,01%.

Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 1,29% ke level 6.995,442 pada perdagangan Senin (13/6). Indeks sempat terkoreksi hingga 2% dan menyentuh level 6.924,952.

Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, penurunan bursa Asia secara signifikan terjadi setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu memicu kekhawatiran mengenai pengetatan kebijakan oleh bank sentral AS (Federal Reserve) yang lebih agresif.

Baca Juga: Inflasi AS Melebihi Perkiraan, Rupiah Melemah ke Rp 14.682 per Dolar AS

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah Jepang atau Japanese Government Bond (JGB) bertenor 10 tahun naik 0,5 basis points (bps) menjadi 0,255%. Level ini merupakan yang tertinggi sejak 6 Januari 2016 dan menembus 0,25%, batas atas dari kisaran yang di tetapkan oleh bank sentral Jepang, Bank Of Japan (BOJ).

Kenaikan ini terjadi meskipun BOJ setiap hari melakukan intervensi pasar dengan membeli JGB bertenor 10 tahun dalam jumlah yang tidak terbatas sejak bulan Apri,l untuk menekan imbal hasil tetap di bawah target BOJ.

Dalam kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (yield curve control), BOJ mengarahkan suku bunga acuan jangka pendek di -0,1% dan imbal hasil JGB bertenor 10 tahun sekitar 0%.

Baca Juga: IHSG Anjlok 1,29% ke 6.995 Pada Senin (13/6), Asing Mencatat Net Buy

Investor sudah mengantisipasi data consumer price index (CPI) AS akan memperlihatkan bahwa laju inflasi telah sedikit melambat bulan lalu. Namun ternyata, inflasi AS malah naik 8,6% year-on-year (YoY) di bulan Mei, lebih tinggi dari kenaikan 8,3% yoy pada bulan sebelumnya.

Dengan demikian, pupus sudah harapan bahwa inflasi telah melewati puncaknya dan justru membuat pelaku pasar waspada bahwa Federal Reserve mungkin akan memperketat kebijakan untuk jangka waktu yang lebih lama dan menyebabkan terjadinya resesi ekonomi.

Kekhawatiran seputar situasi Covid-19 di China juga menambah tekanan pada sentimen investor di kawasan Asia Pasifik. Pemerintah Kota Beijing menunda pelaksanaan ajang pertandingan olah raga, menunda proses pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah, serta memperketat pelbagai pembatasan aktifitas sosial hanya beberapa hari setelah melonggarkan aturan-aturan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×