Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menjelang sore, pergerakan rupiah masih saja loyo. Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh sejumlah sentimen negatif di kawasan global. Misalnya saja perlambatan pertumbuhan ekspor dan produksi di China, Bank of Korea menahan suku bunga acuan, dan pernyataan the Fed tentang rencananya untuk menahan suku bunga pinjaman pada level rendah.
Selain itu, data dari Eropa juga negatif. Yakni, tingkat produksi industri di Eropa mengalami penurunan 0,1% di Juni dari bulan sebelumnya. Padahal, pada Mei, produksi industri Eropa mengalami kenaikan sebesar 1,1%.
"Semua data negatif yang datang dari China, Eropa, dan AS berdampak pada pergerakan rupiah," kata Aris Setiawan, currency trader PT Bank Chinatrust Indonesia. Dia menambahkan, investor saat ini lebih memilih berinvestasi di aset yang lebih aman.
Sekadar informasi, pada pukul 16.26, rupiah mengalami penurunan 0,4% menjadi 9.032 per dolar. Namun, indeks kembali menguat ke level 9.005 pada pukul 16.47.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News