kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data ekspor merosot, harga CPO ikut melorot


Jumat, 13 Juli 2012 / 06:58 WIB
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/5/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.


Reporter: Harry Febrian | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali lesu. Kekhawatiran pelemahan ekonomi global akan memangkas permintaan makin terlihat. Ekspor CPO dari Malaysia sebagai produsen terbesar kedua di dunia ini turun.

Data Intertek dalam 10 hari pertama bulan ini mencatat, ekspor Malaysia anjlok 13% dibandingkan kurun waktu yang sama di Juni, menjadi 363.975 ton. "Hal ini memberikan sinyal negatif pada pasar bahwa permintaan bulan ini mungkin akan lebih rendah," kata Alan Lim Seong Chun, analis di Kenanga Investment Bank, seperti dikutip Bloomberg.

Harga CPO untuk kontrak pengiriman September 2012 di Bursa Derivative Malaysia, kemarin (12/7), melemah 2,76% menjadi US$ 943,52 per ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga CPO sudah luruh 6,18%. Namun, jika dibanding dari harga terendah sepanjagn 2012, harga CPO kemarin sudah rebound sebesar 5,31%.

Padahal, sejatinya, menjelang bulan puasa seperti saat ini, permintaan CPO meningkat dari negara-negara seperti India, Pakistan dan Bangladesh. Survei Bloomberg menyebutkan, impor dari India diprediksi akan turun untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir menjadi 850.000 ton. Angka ini turun 1,41% dari sebulan sebelumnya. Penyebabnya, pelemahan mata uang rupee menggangu aktivitas ekspor dan impor negeri Bollywood tersebut.

Survei ini memprediksi, impor CPO dan minyak sawit olahan turun 16% dari 712.356 ton menjadi 600 ribu ton pada bulan lalu. Namun, otoritas India baru akan merilis data resmi impor CPO negaranya pada pekan depan.

Analis Phillip Futures, Juni Sutikno, melihat tren secara mingguan harga CPO sebenarnya masih cenderung naik. "Dalam tiga hari terakhir memang ada koreksi, namun tren per tiga minggu menunjukkan harga CPO masih naik sekitar 7%," ujarnya.

Ia optimistis permintaan CPO masih akan terdongkrak oleh permintaan negara lain yang berpenduduk mayoritas muslim. "Secara historis, kenaikan permintaan bisa mencapai 2%-10%," ujar Juni.

Selain itu, kekeringan di Amerika Selatan bisa menjadi sentimen harga CPO, sebagai komoditas substitusi untuk kembali reli."Sepanjang bulan ini harga CPO diprediksi akan bergerak di dikasaran RM 2.755 sampai RM 3.239 per ton," tukas Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×