kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45983,02   -7,36   -0.74%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data ekonomi Jerman diharapkan mampu bawa EUR/USD menghijau


Kamis, 14 November 2019 / 20:29 WIB
Data ekonomi Jerman diharapkan mampu bawa EUR/USD menghijau
ILUSTRASI. Mata uang euro dan USD.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan pasangan kurs EUR/USD berpeluang untuk melanjutkan penguatan pada perdagangan akhir pekan ini (15/11). Penopang terkuat berasal dari sentimen data ekonomi Jerman yang ciamik. 

Mengutip Bloomberg, pada Kamis (14/11) pukul 19.09 WIB pasangan kurs tercatat masih koreksi 0,13% ke level 1,0993. 

Meskipun begitu, Analis PT Bestprofit Futures Agus Prasetyo mengatakan pergerakan EUR cenderung masih menanjak setelah data pertumbuhan ekonomi Negeri Panser Jerman dirilis positif. 

Sebagai informasi, ekonomi Jerman di kuartal III-2019 tercatat tumbuh 0,1% atau di atas ekspektasi pasar yang memprediksikan penurunan 0,2% quarter on quarter (QoQ). Sedangkan secara year on year (yoy) ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,5% atau di atas ekspektasi pasar yang hanya 0,4%.

Baca Juga: Perjanjian perang dagang AS-China tertunda, EUR/USD menguat

Rilis data ekonomi tersebut sekaligus membuktikan bahwa ekonomi Jerman terhindar dari resesi. Mengingat, dalam sebuah survey pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi terkontraksi 0,1% atau sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya. 

Dengan begitu, pasar tentunya khawatir bahwa ke depan Jerman akan mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak 2013. 
Apalagi, ketika ekonomi Jerman lesu, itu akan berdampak buruk bagi negara-negara lainnya di Zona Euro. 

Di sisi lain Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) memprediksi perekonomian Eropa akan turun atau hanya tumbuh 1,4% tahun ini, alhasil sentimen tersebut turut membebani pergerakan euro dan membatasi penguatan euro lebih jauh. 

Sementara itu, Komisi Eropa pekan lalu kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro yang terdiri dari 19 negara, menjadi 1,1%, dibandingkan prediksi Mei lalu yakni 1,2%. Pemangkasan proyeksi dilakukan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi yang berimbas pada European Central Bank (ECB). 

Beberapa waktu lalu ECB terpaksa harus memangkas suku bunga acuannya dan mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau quantitative easing (QE). ECB juga memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 bps menjadi -0,5%, sedangkan main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Selain itu, program pembelian aset senilai € 20 miliar per bulan juga sudah dimulai 1 November lalu. Adapun QE yang diterapkan ECB kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro. 

Sementara itu, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell cenderung hawkish dengan mengatakan tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat kemungkinan tidak akan disesuaikan. 

Dengan syarat ekonomi AS masih seperti saat ini, alhasil itu memberikan suntikan positif bagi pergerakan dolar AS untuk menguat dan memberikan tekanan pada EUR untuk melemah. 

Baca Juga: Tak ada kejelasan dari gubernur baru ECB, euro terombang-ambing

"Saat ini pasangan EUR/USD  tengah menunggu perkembangan lebih lanjut dari skenario dagang AS-China dan testimoni Powell kedua," kata Agus kepada Kontan, Kamis (14/11).

Laporan terbaru mengindikasikan bahwa negosiasi dagang AS-China menghadapi kendala terkait rencana pembelian masif produk agrikultur AS oleh Beijing. Presiden AS Donald Trump telah sesumbar bahwa China bersedia melakukan pembelian kedelai, babi, dan produk pertanian lain senilai US$ 50 Miliar per tahun dari AS. 

Namun demikian, China tidak mau mencantumkan angka tertentu secara hitam di atas putih dalam teks perjanjian tersebut. meskipun begitu, fakta bahwa ekonomi Jerman terhindar dari resesi di kuartal ketiga ini diharapkan akan membawa beberapa sokongan temporer untuk euro kembali menguat.

Secara Teknikal, pasangan EUR/USD dalam keadaan konsolidasi bias bullish terbatas, dengan kecenderungan bearish. Ini ditunjukkan dari indikator Moving Everage Exponential (EMA) yang melebar dengan arah harga turun. 

Sedangkan indikator Vortex Indikator (VI) memberikan sinyal Blue over Red dengan arah kurs naik. Pada indikator True Strengh Indicator (TSI) berada di figur -5 dengan arah kurs berpotensi sideways. 

"Dengan begitu, secara umum pasangan EUR/USD terlihat masih dalam konsolidasi dengan potensi naik (bullish) terbatas," ujarnya. 

Agus merekomendasikan trading untuk EUR/USD adalah buy dengan level resistence 1,1018, 1,1025, dan 1,1046. Sedangkan untuk level support berada di level 1,0997, 1,0983 dan 1,0962.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×