Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kenaikan suku bunga The Fed terus memberi sentimen positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga menjadi 0,5% pada 16 Desember lalu, rupiah terus melaju dan mencatat penguatan selama lima hari berturut-turut.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, kebijakan The Fed telah mendapat antisipasi pasar sehingga terus mengangkat rupiah. Di sisi lain, rilis kebijakan ekonomi pemerintah jilid VIII juga turut mengangkat rupiah.
Pekan depan, Putu menduga pergerakan rupiah akan cenderung sideways. Dari sisi internal belum ada data ekonomi yang dapat mempengaruhi rupiah.
Sementara dari eksternal, data-data ekonomi AS pun sudah tidak lagi diperhatikan oleh pasar. Padahal ada beberapa data ekonomi AS yang akan dirilis hingga akhir tahun ini.
Di antaranya, malam ini AS akan merilis data Core Durable Goods Orders bulan November yang diprediksi turun menjadi 0,1% dari bulan sebelumnya 0,5% dan data Core PCE Price Index yang diprediksi naik menjadi 0,1% dari sebelumnya 0,0%.
Lalu, negeri Paman Sam juga akan merilis klaim pengangguran AS setiap akhir pekan. Sebelum The Fed menaikkan suku bunga, data tersebut cukup mempengaruhi rupiah lantaran menjadi salah satu indikasi pasar tenaga kerja di AS.
"Namun karena suku bunga The Fed sudah naik dan kenaikan tahun depan sudah diantisipasi lagi, maka data AS tidak terlalu berpengaruh," papar Putu.
Di pasar spot, Rabu (23/12) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS menguat 0,15% di angka Rp 13.650 dibanding sehari sebelumnya. Atau menanjak 1,93% dibanding akhir pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News