kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari 10 top losers kuartal ketiga, ini saham pilihan analis


Minggu, 30 September 2018 / 20:20 WIB
Dari 10 top losers kuartal ketiga, ini saham pilihan analis
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan perdagangan kuartal III-2018, sebagian besar top gainers didominasi oleh saham-saham yang baru saja menggelar initial public offering (IPO). Di sisi lain, ada emiten-emiten yang justru mencetak penurunan harga terbesar.

Menurut data Bloomberg, Jumat (28/9) saham-saham dengan penurunan harga terbesar adalah saham PT Trikomsel Oke TBK (TRIO), PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK), PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT), PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA), PT Skybee Tbk (SKYB), PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU), PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO), PT Victoria Investama Tbk (VICO).

Harga saham TRIO turun 89%, TRUK sebesar 75,19%, SWAT sebesar 71,72%. CSIS sebesar 71,16%, TNCA sebesar 55,34%, SKYB sebesar 49,69%, SDMU sebesar 47,50%, SILO sebesar 42,78%, TMPO sebesar 42,06% dan yang terakhir VICO dengan penurunan kinerja sebesar 41,57%.

"Penyebabnya bervariasi dimana untuk TRIO, TRUK, CSIS, SKYB, SDMU, SILO, TMPO, VICO lebih disebabkan karena memang kinerja keuangannya tidak kunjung membaik atau memburuk. Sedangkan untuk saham SWAT dan TNCA lebih karena fluktuasi awal IPO. Sampai akhir tahun saya prediksi masih akan tertekan," kata Mino, Analis Indo Premier Sekuritas, pekan lalu.

Para pelaku pasar disarankan untuk lebih bersabar jika ingin masuk saham-saham tersebut. "Saat ini belum ada yang menarik untuk saham-saham tersebut, sehingga rekomendasi secara umum untuk wait and see," kata Mino.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, distribusi yang besar membuat minat pelaku pasar berkurang untuk melirik atau memperdagangkan saham-saham tersebut. "Tetapi, jika ada inovasi dalam bisnisnya, saya kira akan memperbaiki kinerja keuangannya. Beberapa dari emiten tersebut fundamentalnya jelek," kata William pekan lalu.

Reza Priyambada, analis CSA Research Institute menilai, harga saham-saham terendah direspons negatif oleh para pelaku pasar, karena kurangnya sentimen positif seperti rencana ekspansi, perbaikan kinerja keuangan, kebijakan pemerintah ataupun sentimen global. "Intinya semua saham itu akan menjadi menarik ketika ada pemberitaan yang membuat saham itu bisa diperdagangkan," kata Reza.

Meskipun begitu, WIlliam masih merekomendasikan saham SDMU dengan target harga Rp 100, dengan catatan rekomendasi buy on support Rp 78.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×