Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Danareksa Investment Management (DIM) memberikan insight bagi para investor untuk mengoptimalkan berinvestasi secara berkelanjutan atau ESG melalui Reksadana Indeks MSCI Indonesia ESG Screened.
Direktur Sales & Marketing PT Danareksa Investment Management, Upik Susiyawati, mengatakan acara ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen untuk memberikan insight dan mendukung investasi secara ESG atau investasi yang berfokus pada lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang semakin populer di kalangan investor global.
Selain itu, Upik mengatakan kegiatan ini juga ingin memberikan apresiasi tertinggi kepada seluruh investor yang telah berkomitmen untuk mendukung investasi secara berkelanjutan.
Baca Juga: Tips Investasi Reksadana bagi Investor Moderat
"Hal ini menunjukkan semakin tingginya perhatian investor terhadap dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan serta meningkatnya kesadaran akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik untuk berbisnis secara keberlanjutan,” tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (22/3).
Chief Economist BRI, Anton Hendranata, menjelaskan bahwa tahun 2022 telah menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pasar keuangan dan investasi global maupun domestik.
Meskipun pandemi Covid-19 telah mereda, hal tersebut telah menyebabkan gangguan terhadap perekonomian dan bisnis, serta menimbulkan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan dan investasi.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan bank sentral di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan tingginya inflasi menyebabkan ketidakpastian di pasar saham, meningkatkan imbal hasil obligasi, dan melemahkan berbagai nilai tukar terhadap dolar AS.
Selain itu, kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah mendisrupsi pasokan energi dan pangan ke berbagai negara. Akan tetapi, situasi di atas tidak secara signifikan melemahkan Indonesia.
Baca Juga: IHSG Dalam Tren Bearish, Simak Strategi Investasi dan Saham Pilihan Analis
“Ketidakpastian ekonomi dunia masih tinggi, hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan Ekonomi IMF dan World Bank yang berlawanan arah," jelasnya.
Namun dari dalam negeri, Anton mengatakan rupiah masih resilient di tengah berbagai tantangan global yang didukung oleh pasar valas domestic yang masih cukup baik serta di dorong oleh transaksi spot dan swap yang tinggi.