Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Manajer Investasi (MI) berharap Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dapat berkontribusi positif bagi negara. Seperti diketahui, BPI Danantara akan diluncurkan besok, Senin (23/2).
Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto memandang, strategi pengelolaan aset perlu menjadi perhatian dalam pembentukan Danantara. Sebab, Danantara sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana investasi yang dikelola negara, harus berkontribusi bagi pendapatan negara.
Menurut Rudiyanto, alih-alih bersaing dengan SWF negara lain, Danantara sebaiknya fokus pada pengelolaan aset yang memberikan imbal hasil positif. Artinya, Danantara tidak harus menyaingi SWF negara lain seperti Temasek di Singapura atau Government Pension Fund Global milik Norwegia, selagi berkontribusi bagi pendapatan negara.
‘’SWF itu bukan bersaing atau tidak, tapi bagaimana asetnya menghasilkan dan memberi pendapatan ke negara,’’ ujar Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Minggu (23/2).
Baca Juga: Danantara Diresmikan Prabowo Besok (24/2), Begini Kata Pengamat Pasar Modal
Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII), Hanif Mantiq, mengatakan bahwa Danantara mungkin harus menjadikan Norwegia sebagai kiblat dalam pengelolaan dana investasi pemerintah. Strategi investasi SWF milik Norwegia yang selalu berkelanjutan membuat aset terus bertumbuh dalam jangka panjang.
Norwegia memiliki Government Pension Fund Global yang terdiri dari dua dana kekayaan negara yang sepenuhnya terpisah yakni Dana Pensiun Pemerintah Global dan Dana Pensiun Pemerintah Norwegia.
‘’Dalam jangka panjang karena dana (SWF Norwegia) tidak pernah ditarik dividen dan selalu diinvestasikan akan sangat berdampak besar,’’ jelas Hanif saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (23/2).
Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF), Norwegia merupakan negara terkaya keempat di dunia berdasarkan PDB per Kapita (PPP) 2024, setelah Luksemburg, Irlandia, dan Swiss.
Norwegia memiliki PDB per kapita sebesar US$90.430 atau sekitar Rp 1,46 miliar. Negara ini memiliki kekayaan sumber daya alam, seperti minyak gas dan energi terbarukan yang menjadikan penopang perekonomian.
Hanif menilai, sektor-sektor seperti jalan tol air dan energi seperti jaringan gas bumi rumah tangga (jargas) bisa menjadi fokus bagi penempatan investasi Danantara. Dalam beberapa kasus, investasi di sektor infrastruktur juga bagus.
Namun, Hanif berujar, komposisi sektor yang dikelola Danantara pun sebenarnya sudah cukup. Mulai dari pengelolaan aset sektor keuangan, telekomunikasi, listrik dan pertambangan.
Baca Juga: Pengamat: Pembentukan Danantara Masih Belum Jelas Fungsinya
Adapun sejauh ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola Danantara terdiri dari Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Pertamina, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Telkom, serta MIND ID.
Rudiyanto menambahkan, Danantara juga bisa mengoptimalkan pengelolaan investasi dari dividen saham, kupon obligasi atau harga saham dan obligasi. Secara tidak langsung, Danantara dapat menciptakan industri baru ataupun juga menggenjot hilirisasi.
Sebelumnya, Presiden Prabowo pernah mengatakan bahwa Danantara akan memiliki modal kelolaan mencapai US$ 900 miliar atau sekitar Rp 14.715 triliun (kurs Rp 16.350). Dana kelolaan tersebut akan diinvestasikan pada proyek-proyek berkelanjutan di berbagai sektor termasuk energi terbarukan, manufaktur maju dan produksi pangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News