kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Dana asing keluar, yield SUN kompak naik tajam


Kamis, 22 September 2011 / 16:55 WIB
ILUSTRASI. Petugas kebersihan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Kepemilikan asing dalam surat berharga negara (SBN) semakin berkurang. Data direktorat jenderal pengelolaan utang negara (DJPU) per 21 September menunjukkan, dana asing di SBN susut 7,3% menjadi Rp 232,81 triliun, dibandingkan 9 September yang masih mencapai Rp 251,23 triliun.

Penarikan asing terhadap obligasi pemerintah memicu tren kenaikan pada yield surat berharga negara. Corporate secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menuturkan, berdasarkan data IBPA Indonesia Government Securities Yield Curve (IBPA-IGSYC) memperlihatkan adanya kenaikan pada kurva yield di semua tenor obligasi pemerintah.

"Kenaikan yield dipimpin oleh obligasi pemerintah bertenor setahun yang naik sebesar 59 bps menjadi 5,6248%. Namun secara rata-rata, obligasi pemerintah tenor pendek (1 tahun - 4 tahun) naik 40,4 bps," jelas Tumpal, Kamis (22/9).

Kenaikan yield juga terjadi pada obligasi pemerintah tenor menengah (5 tahun - 7 tahun) yang secara rata-rata naik 31,2 bps. Kemudian disusul obligasi pemerintah tenor panjang (8 tahun - 30 tahun) yang naik 21,8 bps.

Menurut Tumpal, saat ini, pasar Indonesia tidak terhindar dari gejolak pasar finansial global. Ini terjadi setelah Bank Sentral AS menyatakan risiko penurunan ekonomi AS semakin signifikan. Kondisi semakin diperburuk oleh krisis Eropa yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

"Bahkan sentimen negatif global turut menyeret anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan koreksi yang terjadi pada IHSG merupakan yang paling parah di Asia," imbuhnya.

Lalu sentimen negatif juga datang dari hasil pertemuan Bank Sentral AS yang memutuskan The Fed akan menjual surat utang pemerintah AS berjangka pendek untuk menukarnya dengan surat utang yang berjangka lebih panjang. "Rencana US$ 400 miliar yang disebut sebagai 'Operation Twist' itu justru membuat investor khawatir karena hanya memiliki dampak sedikit pada kredit, di tengah perekonomian yang terlihat mengalami stagnasi, " jelas Tumpal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×