Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing dalam sepekan ini tercatat keluar dari pasar saham Indonesia. Melansir RTI, dana asing yang keluar dalam sepekan tercatat Rp 1,45 triliun.
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menjadi emiten dengan aliran dana asing bersih yang paling banyak keluar dalam sepekan ini, yaitu sebesar Rp 303,65 miliar. Di posisi kedua, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net sell asing Rp 178,42 miliar.
Di posisi ketiga, ada PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan net sell asing Rp 148,62 miliar.
Lalu, dilanjutkan oleh PGAS, MTEL, UNTR, NCKL, AKRA, BBNI, dan BBCA. Mereka menduduki 10 besar emiten dengan aliran dana asing yang keluar paling besar dalam seminggu ini.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Pasar Makin Yakin The Fed Menahan Suku Bunga Acuan
Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima mengatakan, ada banyak faktor yang berbeda-beda dari setiap saham. Misalnya, pada saham big cap bank, Raphon melihat, net sell asing sebagai langkah fund manager mengamankan profit yang mereka akumulasi dalam beberapa bulan terakhir.
Akhir semester I sudah sebentar lagi, sehingga fund manager perlu mengamankan posisi portofolio mereka di akhir semester I.
“Selain itu, ada juga beberapa saham yang masuk masa ex-dividend date. Setelah mengamankan dividen, biasanya investor melakukan penjualan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (14/6).
Raphon melihat, keluarnya dana asing dari pasar domestik tidak dipengaruhi oleh antisipasi hasil rapat The Fed. Sebab, banyak pihak sepakat The Fed diprediksi akan menahan suku bunga di 5%-5,25%.
“Namun, pemangkasan suku bunga The Fed masih sulit untuk diperkirakan kapan waktu yang tepat,” tuturnya.
Baca Juga: Dana Asing Keluar Lagi, Begini Prospek IHSG
Meskipun begitu, pasar saham Indonesia dilihat Raphon sedikit lebih baik, karena prospek inflasi yang sudah turun dalam dan ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) terbuka lebar.
“Beberapa institusi asing bahkan ada yang sudah perkirakan suku bunga BI turun di akhir 2023,” ungkap dia. Dengan itu, Raphon memproyeksikan, IHSG akan ada di level 7.500 pada akhir 2023.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, arus capital inflow dan outflow memainkan peranan yang sangat penting dalam penguatan atau pelemahan IHSG.
Sebab, hal itu juga memberikan gambaran sejauh mana investor asing tertarik untuk berinvestasi di pasar saham domestik. Sejauh ini, kekuatan fundamental Indonesia dinilai masih kuat dan stabilitas pemulihan ekonomi masih stabil. Hal itu pun masih menjadi daya tarik investor asing untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.
“Oleh sebab itu, kami meyakini bahwa investor asing masih akan masuk ke pasar kita, meskipun saat ini ada dana asing yang keluar,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (14/6).
Baca Juga: Fed Leaves Rates Steady, Sees Two Small Hikes by End of 2023
Menurut Nico, ada banyak hal yang mempengaruhi keluarnya dana asing yang berinvestasi pada suatu emiten. Sebab, masing-masing investor memiliki persepsi dan ekspektasi yang berbeda satu sama lain.
“Namun, saham-saham yang dilepas asing biasanya dikarenakan target harga yang secara valuasi sudah tercapai, adanya rotasi sektor, dan ada sentimen global yang mampu menambah gambaran situasi dan kondisi ekonomi yang ada saat ini,” tuturnya.
Menurut Nico, ada dua spread yang harus dijaga demi menstabilkan pasar domestik, yaitu suku bunga Bank Indonesia (BI) dengan The Fed dan imbal hasil surat utang negara (SUN) dan US Treasury.
Apabila jarak tingkat suku bunga di antara keduanya menyempit, berarti daya tarik untuk berinvestasi akan berkurang dan memicu capital outflow.
“Hal ini tentu yang menjadi perhatian bersama terkait dengan adanya potensi kenaikan kembali tingkat suku bunga The Fed,” ujar Nico.
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Menyentuh Level Terendah Tahun 2023, Simak Prospeknya
Oleh sebab itu, meskipun inflasi Amerika melemah, namun pandangan The Fed terhadap potensi kenaikan tingkat suku bunga juga penting bagi pelaku pasar dan investor dalam membuat keputusan.
Nico pun memproyeksikan IHSG pada semester II akan menguat dengan rentang level 6.875–6.950. Menurut Nico, ada potensi IHSG akan melebihi 7.000, asalkan situasi dan kondisi mendukung, baik secara global maupun di dalam negeri.
Selain itu, Nico melihat, Pemilu 2024 akan menjadi sentimen penting dalam pergerakan IHSG di semester II 2023.
“Bursa Cawapres masih bergulir saat ini. Jika pasangan capres-cawapres disukai pasar dan berpotensi menang, IHSG akan bergerak melebihi level 7.000,” papar dia.
Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi Besok (15/6), Ini Saham yang Bisa Dicermati
Terkait prospek emiten dengan aliran dana asing keluar terbesar, Nico menyebutkan sektor perbankan masih akan prospektif, meskipun tidak menyebutkan target harga.
Sementara, Raphon belum merekomendasikan buy untuk 10 emiten tersebut, karena prospek yang belum terlalu baik ke depannya.
Sebab, ada banyak emiten yang berasal dari sektor energi yang sudah melewati masa-masa keemasan, seperti MDKA, PGAS, UNTR, NCKL, dan AKRA. Di sisi lain, GOTO juga masih berkutat dengan ketidakpastian profitabilitas.
“BMRI dan BBNI masih ada risiko non performing loan (NPL) dari kredit di sektor konstruksi. Sementara, untuk BBCA valuasi yang tinggi cenderung membatasi upside,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News