Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pergantian tahun, terdapat potensi penurunan jumlah kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN). Hal ini lantaran pengaruh sentimen eskternal terhadap pasar obligasi dalam negeri.
Ahmad Mikail, ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, jumlah kepemilikan asing di SBN terancam berkurang hingga akhir tahun nanti. Hal ini seiring disetujuinya RUU reformasi pajak yang diusung Presiden Donald Trump oleh Senat AS pada Senin (4/12) lalu.
Menurutnya, investor asing berekspektasi bahwa reformasi pajak di AS akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut dalam beberapa waktu ke depan. Imbasnya, dana asing berpeluang mengalir kembali ke AS.
Berkaca pada data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, sebenarnya sempat terjadi penurunan secara terbatas jumlah kepemilikan asing di SBN pasca diloloskannya RUU pajak AS. Pada Senin (4/12) lalu, porsi asing di SBN berada di level Rp 834,16 triliun. Jumlah ini perlahan berkurang menjadi Rp 833,02 triliun pada Kamis (7/12).
Analis Obligasi BNI Sekuritas, Ariawan menyebut, potensi penurunan dana asing di SBN baru benar-benar terjadi apabila kebijakan perpajakan di AS telah diresmikan. Walau begitu, ia mengaku, bisa saja ada sejumlah investor asing yang menarik dananya dari SBN lebih awal.
Tidak hanya soal reformasi pajak AS, jumlah kepemilikan asing di SBN dalam beberapa waktu ke depan juga akan ditentukan oleh dampak kenaikan tingkat suku bunga acuan The Federal Reserve.
Pasalnya, kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed berpotensi menguatkan nilai tukar dollar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah. “Kalau rupiah tidak stabil, ini bisa mendorong investor untuk berpaling dari Indonesia,” ungkap Ariawan.
Terlepas dari itu, hingga akhir tahun ini, Ariawan memperkirakan kepemilikan asing di SBN tidak akan berbeda jauh dari jumlah yang ada sekarang, atau masih di kisaran Rp 830 triliun hingga Rp 840 triliun. Persentase kepemilikan asing di SBN pun masih akan dikisaran 39%-40% hingga tutup tahun 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News