Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Negara (SBN) resmi berakhir di November 2017. Berdasarkan keterangan resmi dari website Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, per Selasa (28/11) pelaksanaan lelang SBN di pasar perdana domestik tanggal 5 dan 12 Desember ditiadakan.
Hal ini mengingat penerbitan SBN sudah mendekati target dan cukup untuk menutup outlook defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017.
Ditutupnya lelang SBN ini berarti investor sudah tidak memiliki kesempatan memburu SBN di pasar primer. Bagi investor khususnya institusi yang belum memenuhi kewajiban menaruh 30% portofolionya di SUN, artinya kesempatan mereka dalam memenuhi kewajibannya tersebut bisa dilakukan dengan membeli obligasi korporasi yang berhubungan dengan bidang infrastruktur.
Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan obligasi korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki keuntungan untuk bisa mendapatkan kupon yang lebih tinggi dari pada SUN.
"Namun risikonya tetap ada seperti risiko kredit, karena kualitas tiap BUMN infrastruktur berbeda-beda dilihat dari peringkat ratingnya," kata Ahmad, Kamis (30/11).
Selain risiko kredit Ahmad juga mengatakan obligasi korporasi BUMN memiliki risiko likuiditas yang lebih tinggi. Penyebabnya, di pasar sekunder obligasi korporasi relatif tidak likuid bila dibandingkan SUN.
Dengan habisnya jatah lelang, Ahmad mengatakan selain dengan memburu obligasi korporasi yang bergerak di bidang infrastruktur, investor juga bisa membeli SUN seri benchmark di pasar sekunder.
Tentunya, pada seri yang masih cukup atraktif di pasar sekunder. Sehingga kewajiban untuk menempatkan portofolio di SUN bisa tetap terlaksana.
Ahmad merekomendasi seri SUN yang masih atraktif dan memiliki potensi up tren atau naik adalah FR0061, FR0059, FR0053, FR0073, FR0068, FR0072, dan FR0056.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News