kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Dampak Tax Amnesty Jilid II ke Pasar SBN Akan Terbatas


Kamis, 30 Desember 2021 / 19:21 WIB
Dampak Tax Amnesty Jilid II ke Pasar SBN Akan Terbatas
ILUSTRASI. Pemerintah akan menggelar tax amnesty jilid 2 pada 1 Januari 2022 sampai dengan 30 Juni 2022.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan menggelar tax amnesty jilid 2 atau Program Pengungkapan Sukarela (PPS) pada 1 Januari 2022 sampai dengan 30 Juni 2022. Adapun, pada tax amnesty kali ini, tarifnya sebesar 6%-18% tergantung dengan jenis hartanya. 

Salah satunya yakni untuk harta di luar negeri repatriasi dan harta deklarasi dalam negeri yang diinvestasikan dalam Surat Berharga Negara (SBN), hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), dan renewable energy sebesar 6% bagi wajib pajak yang tidak ikut tax amnesty jilid I. Sementara untuk yang tarif tax amnesty jilid 2 yang diberikan dalam kebijakan II untuk jenis yang sama sebesar 12%

Melalui kebijakan tersebut, diekspektasikan pasar SBN akan ikut mendapat sentimen positif karena akan ada aliran dana repatriasi maupun reinvestasi yang masuk. Namun, ternyata para analis sepakat meyakini dampak dari kebijakan tersebut ke pasar SBN justru cenderung terbatas. 

Baca Juga: Pemerintah Private Placement SUN Rp 157 Triliun kepada BI Jelang Tutup Tahun

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengungkapkan, salah satu penyebab minimnya dampak tax amnesty ke pasar SBN kali ini adalah timing yang tidak tepat. Menurutnya, dengan prospek yield SBN pada tahun depan yang tidak akan banyak berbeda pada tahun ini berpotensi membatasi minat karena keuntungan yang terbatas.

“Dengan kemungkinan jumlah pajak yang balik tidak sebesar tax amnesty jilid I, maka dampaknya ke pasar SBN juga akan terbatas. Terlebih, tahun depan memang akan jadi periode yang cukup menantang untuk SBN,” kata Dimas kepada Kontan.co.id, Kamis (30/12).

Senada, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana menjelaskan, positif atau tidaknya dampak tax amnesty ke pasar SBN akan sangat tergantung pada efektivitas tax amnesty. Namun, Fikri menyangsikan tax amnesty kali ini bisa memberi dampak yang signifikan.

Menurut dia, tarif yang diterapkan kali ini tidak semenarik tax amnesty jilid pertama yang sebesar 0%. Alhasil, hasilnya diperkirakan tidak akan terlalu efektif dan berdampak ke pasar SBN.

Baca Juga: Tax Amnesty Dinilai Tidak Berikan Dampak Signifikan Terhadap Bursa Saham

Lebih lanjut, Fikri justru meyakini peran investor domestik harus lebih dominan untuk memastikan kinerja obligasi negara masih tetap solid pada tahun depan. Terlebih lagi, ia juga memperkirakan investor asing belum akan segera kembali masuk ke pasar SBN.

"Dengan perbankan yang mulai salurkan kredit, kemungkinan besar mereka tidak akan menambah lagi porsi kepemilikan di SBN. Jadi investor retail dan non-perbankan punya peran penting di sini," imbuhnya. 

Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan dan keaktifan investor ritel di SBN pada tahun ini, ia melihat hal tersebut sangat mungkin terjadi. Memang, pada tahun 2021 bisa dibilang investor ritel SBN sedang berkembang pesat baik di SBN ritel maupun yang konvensional.

Baca Juga: Investasi Obligasi Saat Selisih Yield Obligasi Korporasi dan Obligasi Negara Menipis

Merujuk data OJK, sampai November 2021 frekuensi transaksi SUN mencapai 489.567 kali atau naik 4,58% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 468.117. Sementara volume transaksi juga naik hingga 18,93% dari Rp 10.624,63 triliun menjadi Rp 12.636,29 triliun.

Begitupun dari jumlah investornya. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor SBN mencapai 602.753 investor per akhir November 2021 alias tumbuh 30,39% dari posisi November 2020.

Dimas meyakini tren positif tersebut akan kembali berlanjut pada tahun depan. Apalagi dengan mempertimbangkan kondisi fundamental Indonesia yang sudah semakin membaik. Mulai dari angka inflasi yang stabil, penerimaan pajak yang memenuhi target, hingga current account deficit yang stabil. 

Baca Juga: Pilihan Investasi Duit Tax Amnesty Jilid II Masih Minim

“Jika berkaca dari awal 2021, saat itu investor asing justru masuk dengan tujuan investasi jangka panjang. Mudah-mudahan ini juga terjadi lagi di tahun 2022 mengingat Indonesia dibandingkan dengan kelas sovereign rating yang sama, punya yield yang jauh lebih menarik,” jelasnya.

Menurut Dimas, hal tersebut bisa menjadi bemper untuk meredam sentimen negatif dari tapering dan kenaikan suku bunga acuan AS pada paruh pertama tahun 2022 untuk yield SBN. Dia memperkirakan yield SBN acuan 10 tahun pada tahun depan akan berada pada kisaran 6,2-6,5%.

Baca Juga: Efek Tappering Off, Imbal Hasil SBN Bisa Terkerek Naik di 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×