Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi
Sementara itu Thomas melihat bahwa di tahun ini pendapatan yang akan dibukukan mencapai US$ 1.288 juta, atau naik 8,69% secara yoy dari level US$ 1.185 juta di tahun 2020. Kenaikan laba bersih juga dinilai akan mencapai 358,97% secara yoy dan berada di level US$ 179 juta.
Di tahun ini, Stefanus melihat bahwa pendapatan yang akan diraih oleh ITMG berada di angka US$ 1.478 juta atau naik 24,73% secara yoy. Hal ini dibarengi dengan laba bersih yang naik mencapai US$ 139 juta atau naik 256,41% secara yoy.
Harga batubara global saat ini telah menguat sebanyak 22% secara year to date (ytd) ke level US$ 98 per ton, dibandingkan dengan akhir tahun 2020 yang mana ditutup di US$ 80,5 per ton.
Baca Juga: Zebra Nusantara (ZBRA) akan rights issue maksimal 400% dari modal disetor
“Kami memperkirakan penguatan harga masih akan terjadi, didukung oleh permintaan yang kuat dan terbatasnya suplai dengan proyeksi di tahun 2021 sampai 2022 di angka US$ 85-70 per ton,” ujar Dessy.
Adapun Thomas melihat risiko yang dapat mempengaruhi kinerja ITMG di tahun ini adalah seperti ketidakstabilan harga batubara, perubahan peraturan pemerintah dalam tarif pajak royalti, dan perubahan stripping ratio yang lebih tinggi dari yang diharapkan sehingga mempengaruhi efisiensi biaya.
Thomas dan Stefanus merekomendasikan saham ITMG dengan beli di target harga Rp 16.500 per saham. Sedangkan Dessy merekomendasikan saham ITMG dengan hold di target harga Rp 14.200 per saham.
Selanjutnya: Medikaloka Hermina (HEAL) berencana stock split, begini saran analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News