kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Cukai Rokok Naik, Simak Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 04 Juli 2024 / 20:48 WIB
Cukai Rokok Naik, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Penjual tembakau eceran beraktivitas di kiosnya di Jakarta, Senin (13/5/2024). Tren saham rokok seperti HMSP, ITIC, GGRM, terus menurun sejak awal tahun (YtD). Tidak hanya tertekan tarif cukai yang terus naik, emiten rokok di bursa saham juga tertekan oleh pesaing baru, yaitu kios tembakau yang harga jual rokoknya jauh lebih murah bagi masyarakat bawah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/13/05/2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan cukai rokok dipastikan akan mempengaruhi kinerja emiten rokok di tahun ini.

Pemerintah telah menetapkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 10% dan cukai rokok elektrik sebesar 15% pada 2024, sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191 dan 192 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas PMK Nomor 192/PMK.010/2021.

Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC), Djonny Saksono mengatakan pihaknya akan mengikuti semua regulasi dari pemerintah. Namun, di tahun ini perseroan tetap optimis menargetkan pertumbuhan sekitar 10%.

“Kami tetap memperbaiki penjualan dengan meningkatkan pemerataan distribusi, pengaturan stok barang dagangan tepat waktu, dan kontrol harga di pasar,” katanya.

Tahun lalu, penjualan tercatat meningkat 8,86% yaitu dari Rp 279,17 miliar menjadi Rp 303,92 miliar. Hingga kuartal I 2024, ITIC telah berhasil membukukan kenaikan penjualan sekitar 22,76% dari Rp 68,06 miliar menjadi Rp 83,56 miliar dan kenaikan laba bersih sekitar 31,69% menjadi Rp5,46 miliar.

Segendang sepenarian kinerja positif juga dicatatkan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Perseroan mencatatkan kenaikan laba bersih 8,1% menjari Rp 29,1 tirliun dan kenaikan laba sekitar 4,7% menjadi Rp 2,2 triliun.  

Namun tidak serupa dengan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Kinerjanya justru lesu akibat penurunan laba yang signifikan. GGRM mencatat laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk di kuartal I 2024 Rp 595,5 miliar, turun 69% yoy. Penjualan dan pendapatan usaha GGRM pada kuartal I 2024 tercatat Rp 26,2 triliun, turun 11,7% yoy.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, kinerja emiten rokok di kuartal II 2024 diproyeksikan masih banyak tekanan. Apalagi, kenaikan cukai bisa berdampak negatif pada kinerja emiten rokok. 

“Di sisi lain, jika melihat kinerja kuartal I 2024, baik top line dan bottom line, juga masih melambat,” ujarnya kepada Kamis (4/7).

Pertumbuhan kinerja emiten rokok masih terbatas hingga akhir tahun 2024. Diharapkan momentum pilkada bisa meningkatkan kinerja top line dari emiten rokok.

Di sisi lain, kinerja saham emiten rokok juga masih merah sejak awal tahun 2024. Kinerja saham ITIC turun 13,33% secara year to date (ytd). Saham GGRM juga turun 15,38% secara ytd. Saham HMSP kinerjanya juga turun 17,88% secara ytd.

“Pergerakan saham akan mengikuti kinerja dari emiten rokok. Koreksi pada saham emiten rokok pun masih berpotensi terjadi ke depannya,” ungkapnya.

Azis merekomendasikan trading buy untuk HMSP dengan target harga Rp 775 - Rp 780 per saham, dengan support di Rp 715 - Rp 705 per saham.

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief Snowerdi mengatakan, permasalahan terbesar dalam industri rokok ada dua, yaitu kenaikan tarif cukai dan meningkatnya stigmatisasi. 

“Di awal tahun ini, ada harapan di antara beberapa analis bahwa tarif rokok akan diturunkan dan akan menghasilkan margin laba yang lebih baik. Namun, pada akhirnya Pemerintah malah menaikkan tarif cukai,” ujarnya Kamis (4/7). 

Di sisi lain, kinerja emiten rokok juga tidak lepas dari meningkatnya stigmatisasi. Walaupun rokok memiliki retensi pelanggan yang tinggi, industri rokok mengalami kesulitan dalam memperluas basis pelanggannya, karena meningkatnya kesadaran kesehatan generasi baru. 

Akibatnya, industri rokok dikenal sebagai industri yang sedang mengalami kemunduran, sulit tumbuh, dan terkena tarif yang lebih tinggi. Sentimen ini tidak akan berubah dalam waktu dekat. 

“Hal ini akan merugikan merek rokok kelas bawah, seperti GGRM, karena mereka bergantung pada volume. Sementara, merek rokok kelas atas harus menaikkan harga untuk meningkatkan margin,” tuturnya.

Menurut Irsyadi, satu-satunya emiten rokok yang bisa diperhatikan investor adalah GGRM.

“Ini karena bandara mereka akan menjadi sumber pendapatan yang menarik. Namun, kami belum bisa memberikan target harga untuk GGRM,” katanya.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham GGRM berada di level support Rp 17.100 per saham dan resistance Rp 17.500 per saham. Herditya pun masih merekomendasikan wait and see untuk GGRM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×