kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

CPO tertekan larangan impor Uni Eropa


Jumat, 19 Januari 2018 / 15:35 WIB
CPO tertekan larangan impor Uni Eropa
ILUSTRASI. Minyak sawit mentah (CPO)


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terus berada di bawah tekanan. Persetujuan parlemen Uni Eropa untuk terhadap rencana larangan penggunaan minyak sawit mentah dalam bahan bakar alternatif semakin membenani pergerakan harga. Analis melihat harga masih berpeluang melanjutkan pelemahan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (19/1) pukul 13.00 wib harga CPO kontrak pengiriman April 2018 tercatat melemah 1,23% ke level RM 2.484 per metrik ton. Sedangkan dibandingkan sepekan sebelumnya harga sudah melemah sekitar 3,16%.

“Para trader saat ini mencemaskan langkah parlemen Eropa untuk menyetujui rencana pelarangan penggunaan minyak sawit pada bahan bakar untuk kendaraan bermotor mulai tahun 2021,” ungkap Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures kepada Kontan.co.id, Jumat (19/1).

Padahal selama ini impor minyak sawit dari Eropa mayoritas digunakan untuk membuat biofuel. Mau tidak mau kabar tersebut membuat cemas industri minyak sawit. Dikhawatirkan itu bisa memicu penurunan permintaan.

Malaysia Palm Oil Board (MPOB) mengatakan bahwa ekspor minyak sawit ke Uni Eropa diperkirakan akan terus turun meski larangan itu baru diterapkan pada tahun 2021. Ahmad Kushairi Din, Dirjen MPOB mengatakan di tahun 2017 lalu ekspor CPO ke ekspor minyak sawit ke Uni Eropa telah turun 3,3% menjadi 2 juta ton.

Berdasarkan laporan perusahaan surveyor kargo jumlah pengiriman minyak sawit di pertengahan Januari sudah menunjukkan penurunan permintaan. Intertek Testing Service mencatat penurunan 7,4% pada periode 1-15 Januari. Sedangkan pada periode yang sama Societe Generale de Surveillance melaporkan penurunan 2,8%.

Selain itu CPO juga masih mendapatkan tekanan dari penguatan ringgit. Meski sempat sedikit terkoreksi pada Kamis (18/1), tetapi ringgit kembali melambung karena isu penghentian pemerintahan Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Jumat (19/1) pukul 14.40 wib pasangan USD/MYR tercatat melemah 0,44% ke level 3,9375.

“Ringgit yang menguat akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya,” timpalnya.

Faisyal memperkirakan, pada Senin (22/1) harga CPO akan bertengger pada rentang RM 2.380 – RM 2.550 per metrik ton. Kemudian sepekan berikutnya bisa bergerak di area RM 2.300 – RM 2.600 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×