kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

CPO fluktuatif karena spekulasi China pangkas tarif impor


Jumat, 18 Februari 2011 / 13:35 WIB
CPO fluktuatif karena spekulasi China pangkas tarif impor
ILUSTRASI. Stan PT Bumi Resources Tbk saat pameran Indonesia Investor Forum 2 di Jakarta Convention Center, Rabu (30/5). KONTAN/Daniel Prabowo/30/05/2007


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

KUALA LUMPUR. Harga minyak sawit mentah (CPO) fluktuatif, karena spekulasi China sebagai negara pengonsumsi CPO terbesar di dunia kemungkinan memangkas tarif impor.

Pengurangan tarif impor untuk membantu mengatasi inflasi. Kebijakan itu ditengarai bisa mendorong sebagian pembeli menunda pembelian.

Hingga siang ini, pergerakan harga CPO cukup fluktuatif, yaitu sempat melaju ke RM 3.785 per ton, namun juga sempat jatuh ke RM 3.688 per ton.

Adapun, hingga pukul 13.25 WIB, CPO untuk kontrak pengiriman Mei di Bursa Berjangka Malaysia (MDE) turun tipis ke level US$ 1.222,44 per ton (RM 3.715), dari penutupan kemarin di US$ 1.223,21 per ton (RM 3.721).

Manajer Jilin Grain Group Co. Chen Baomin mengatakan, ada spekulasi China bakal memangkas tarif impor minyak goreng yang berasal dari tanaman sawit, kedelai, dan kanola, dari 9% menjadi 5%. Harga konsumen China naik 4,9% per Januari, dari tahun sebelumnya.

Analis CIMB Investment Bank Bhd. Ivy Ng, menyebut, pasar mungkin melihat ini positif karena mungkin lebih murah untuk impor. "Namun, di sisi lain, jika Cina menurunkan bea masuk, maka pasar tidak dapat membeli, dan menunggu apa yang akan dilakukan China selanjutnya," ujar Ivy.

Beberapa analis mengatakan, minyak sawit mungkin bisa menyentuh level puncak di RM 4.000 karena cuaca tak menentu. "Tapi, reli harganya kemungkinan tidak berlanjut karena turunnya permintaan," ujar Tan Ting Min dan Teddy Oetomo, analis Credit Suisse Group AG, kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×