kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

CPO diprediksi oversupply pada 2030, begini cara emiten mengantisipasi


Senin, 22 Juli 2019 / 07:30 WIB
CPO diprediksi oversupply pada 2030, begini cara emiten mengantisipasi


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memperkirakan, minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) akan kelebihan pasokan (oversupply) pada 2030. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, produksi CPO Indonesia saat ini sebesar 44 juta ton-46 juta ton per tahun dari lahan seluas 14 juta hektare. Pada 2025, produksi CPO diperkirakan bisa mencapai 51,7 juta ton.

Untuk itu, menurut Hammam perlu ada diversifikasi dalam penggunaan CPO. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan CPO untuk bahan bakar minyak (BBM). Melalui diversifikasi, permintaan akan bertambah dan harga CPO akan stabil.

Salah satu produsen CPO, yakni PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) mengamini hal tersebut. Sekretaris Perusahaan TBLA Hardy mengatakan, pihaknya akan mengantisipasi kelebihan produksi tersebut dengan mengoptimalkan produksi turunan CPO. “Kami akan olah jadi biodiesel dan minyak goreng,” kata Hardy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (21/7).

Asal tahu saja, perusahaan ini sudah memiliki pabrik biodiesel dengan kapasitas produksi 300.000 ton per tahun. Pada 2019, TBLA menargetkan produksi biodiesel bisa mencapai 200.000 ton, meningkat dari realisasi tahun lalu yang sebanyak 138.000 ton. Menurut Hardy, kebanyakan penjualan biodiesel ini adalah ke pasar lokal, yakni ke Pertamina.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id pada 21 Juni 2019, Wakil Direktur Utama TBLA Sudarmo Tasmin menyatakan, kebijakan biodiesel 20% (B20) dan biodiesel 30% (B30) oleh pemerintah turut menjaga penawaran dan permintaan CPO. TBLA juga menargetkan produksi CPO bisa tumbuh 15% pada tahun ini.

Tidak mau kalah, untuk mengantisipasi kelebihan produksi CPO ini, PT Mahkota Group Tbk (MGRO) juga mulai mendiversifikasi bisnisnya ke segmen hilir. Perusahaan ini tengah menyelesaikan pembangunan pabrik refinery (pemurnian CPO) dan kernel crushing plant. Pabrik yang berlokasi di Dumai, Riau ini ditargetkan bisa beroperasi mulai Agustus 2019.

Pabrik ini nantinya akan menghasilkan minyak goreng dengan kapasitas produksi 1.500 ton per hari, sementara kernel crushing plant bakal menghasilkan minyak inti sawit sebanyak 400 ton per hari.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, tahun ini, MGRO menargetkan pendapatan sebesar Rp 5,66 triliun atau naik 183% secara tahunan. Pada 2018, MGRO mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2 triliun atau naik 13,6% year on year (yoy). Target agresif MGRO pada tahun ini didukung oleh kontribusi dari penjualan refinery yang diperkirakan mencapai 40% dari total pendapatan.

Oleh karena itu, MGRO juga bakal menggenjot produksi CPO hingga 203.308 ton. Angka ini naik 4,95% dari target 2018 yang sebesar 193.715 ton. Menurut MGRO, permintaan untuk CPO dan produk turunannya bakal meningkat seiring dengan peningkatan program biodiesel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×