Reporter: Dyah Megasari | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Permintaan makanan olahan selalu meningkat sepanjang Ramadan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menyatakan, biasanya penjualan makanan dan minuman pada kuartal ketiga tembus dua kali lipat dibanding kuartal sebelumnya.
"Bulan ini merupakan peak season pertumbuhan industri makanan," kata Adhi Siswaja Lukman, Ketua Gapmmi, kemarin (19/8).
Salah satu emiten yang diuntungkan oleh kondisi ini adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Analis Waterfront Securities Indonesia Isfhan Helmy Arsad mengatakan, konsumen lebih tertarik mengkonsumsi makanan olahan ayam dibanding daging sapi atau ikan. "Karena harganya relatif lebih terjangkau," kata dia.
Ia yakin, emiten pemilik merek Fiesta ini mudah mencapai target kinerja tahun ini. "Selain permintaan yang naik, CPIN memiliki jalur distribusi yang luas," jelas dia.
Saat ini CPIN punya 1.200 agen toko unggas dengan 39 fasilitas produksi di seluruh negara. CPIN juga memiliki 7 pabrik dengan kapasitas produksi 4,5 juta ton per tahun, 29 area penetasan dengan kapasitas produksi 607 juta ekor ayam per tahun, serta 3 pabrik pengolah makanan.
Adi N. Wicaksono, Analis Kim Eng Securities, mengingatkan bahwa meski permintaan naik, CPIN harus menghadapi kenaikan harga bahan baku. "Kondisi ini biasanya diatasi oleh kenaikan harga jual," kata dia. Beruntung, biasanya konsumen maklum dengan kenaikan harga saat bulan puasa.
Pabrik baru di Lampung
Adi memprediksi, kenaikan harga bahan baku yang mesti ditanggung CPIN sebesar 7%-10%, sedangkan kenaikan harga jual sebesar 5%. "Tapi kami prediksi marjin kotor CPIN bisa mencapai 18,5%," jelas Adi.
Analis CLSA Asia Pasifik Jessica Irene justru menilai kenaikan bahan baku tidak akan berpengaruh signifikan. Sebab, kenaikan permintaan pasti jauh lebih tinggi. "Apalagi CPIN memiliki pangsa pasar sebesar 30% - 40% dan menjadikan emiten ini sebagai produsen pakan ayam terbesar," jelas Jessica.
Direktur Utama CPIN Thomas Effendy mematok target laba bersih 2010 sebesar Rp 1,4 triliun. Ia yakin target ini tercapai lantaran pada semester I lalu, CPIN sudah meraih laba bersih Rp 941,78 miliar. "Target ini tidak memasukkan laba kurs," imbuh dia.
Selama ini penjualan ayam olahan memberi kontribusi sekitar 20% pada penjualan CPIN, sementara lebih dari 79% masih disumbang penjualan pakan ternak.
CPIN berencana membangun pabrik baru di Lampung pada kuartal keempat. "Kami ingin terus menambah kapasitas produksi," ucap Thomas yang belum menyebut detail kapasitas pabrik itu.
Isfhan berani mematok laba bersih CPIN tahun ini sebesar Rp 2,36 triliun. Cukup jauh di atas target perusahaan. Prediksi Adi malah lebih tinggi, yakni Rp 2,74 triliun. Adapun perkiraan Jesicca, CPIN akan meraup laba bersih Rp 1,88 triliun. Tahun lalu, CPIN membukukan laba bersih Rp 1,61 triliun.
Alhasil, ketiga analis sepakat merekomendasikan beli saham CPIN. Untuk target harganya, Isfhan memasang target Rp 8.000 per saham, Adi Rp 5.900 per saham dan Jessica Rp 6.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News